Senin, 29 Juni 2009

Batik Solo Yang Makin Menggeliat



BATIK Solo terus mengibarkan benderanya. Bukan saja, kini sudah tersedia Kampung Batik, di wilayah Laweyan, tetapi promosi Pemerintah daerah juga sangat gencar. Promosi ke luar negeri terus digalakan dan warga Solo juga dipacu supaya mengembangkan kreasi batik.


Dibanding dari daerah lain, Batik Solo memang memiliki nilai jual dan kharisma tersendiri. Motifnya juga banyak, sehingga untuk mengenakannyapun harus hati-hati agar tidak ditertawakan orang.

Sebagai salah satu usaha memacu dan promosi batik, pemerintah kota Surakarta, Minggu (28/6) mengadakan Solo Batik Carnaval (2). Even yang direncakan tiap tahun tersebut diadakan untuk kedua kalinya.

Carnaval yang melibatkan ratusan orang peserta itu memang menjadi tontotan menarik bagi warga maupun turis. Bayangkan jalan utama kota Solo, Jl Slamet Riyadi ditutup total, siang itu.



Para peserta mengenakan pakaian-pakaian beraneka macam dengan bentuk motif batik. Mereka berjalan sambil menari mengikuti alur yang sudah ditentukan panitia.

ribuan penonton yang memadati sepanjang rute pawai, sehingga barisan akhir pawai terlihat semrawut. Pantauan Espos, di sepanjang Jl Slamet Riyadi, penonton dari seputar Soloraya mulai memenuhi jalan utama Kota Solo tersebut sejak pukul 13.00 WIB.
Sekitar satu jam kemudian, sisi kanan dan kiri Jl Slamet Riyadi sudah dipenuhi warga yang ingin menyaksikan gelaran tersebut.

Saat rombongan tiba, ribuan penonton segera merangsek ke tengah jalan. Mereka tampak antusias melihat penampilan ratusan peserta SBC II yang mengenakan kostum dengan tema berbeda-beda. Awalnya petugas dapat mengendalikan penonton, sehingga masih tersedia tempat yang cukup lapang untuk peserta SBC. Namun, setelah sekitar separuh barisan peserta melintas, penonton mulai tidak terkendali.

Bahkan, barisan pawai sempat terputus sepanjang hampir satu kilometer. Akibatnya, belasan peserta terjebak di antara sepeda motor dan mobil penonton yang berebut melintasi Jl Slamet Riyadi.

Salah satu penonton yang mengaku warga Nusukan, Banjarsari, Agus menilai SBC II sangat menghibur lantaran menyuguhkan kostum batik dengan aneka kreasi warna yang menarik. Namun, dia menyayangkan tidak sinkronnya informasi dimulainya acara dengan kenyataan di lapangan.



”Kata panitia, acara mulai pukul 14.00 WIB, dan pukul 12.00 WIB jalan sudah steril. Makanya saya buru-buru ke sini. Tapi nyatanya, baru pukul 16.00 WIB rombongan jalan. Saya memaklumi karena alasan cuaca atau masih panas, tapi kalau memang begitu sebaiknya berikan informasi yang tepat. ” kata Dwi, warga Laweyan.

Senada disampaikan warga Solo Baru, Sukoharjo, Yuni dan Lina. Yuni menilai penonton terlalu sulit diatur sehingga meski acara belum rampung ratusan penonton sudah meninggalkan lokasi dan membawa kendaraannya melintasi Jl Slamet Riyadi. ”Bagus, saya puas. Tapi tolong jangan seperti ini, semrawut sekali,” ujar dia.
Pemberangkatan pawai SBC II dari lokasi start di depan Solo Center Point (SCP) memang sedikit terlambat dari jadwal. Acara pembukaan yang dijadwalkan mulai pukul 14.00 WIB, baru dimulai pukul 14.30 WIB.

Itupun, setelah sambutan dari Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, didahului dengan pertunjukan yang cukup lama dari para peserta yang terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu leader, kelompok topeng panji, kelompok topeng gecul dan kelompok topeng kelana. Sehingga baru sekitar pukul 16.00 WIB rombongan terakhir yang terdiri atas Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu; Walikota Solo, Joko Widodo; Wakil Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo; Counselor for Public Affairs Kedubes AS, Michael H Anderson dan Honorary Consul the Republic of Seychelles, Nico Barito, serta sejumlah tamu undangan, diberangkatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Komentar????