Selasa, 30 Juni 2009

Mengapaaa Yaaa Mengapaaa Allah


Mengapa Tuhan menciptakan deretan alam dan dan susunan tubuh yang begitu rumit?. Mengapa Ia menciptakan dunia ini yang penuh dengan kesusahan, kesakitan dan peneritaan?

Maka, tanyalah kepada Dia yang telah menciptakannya. Pada waktu Ia menciptakannya, aku tidak berada bersamaNya.

Itu seee kata-kata filusuf...., tetapi sebenarnya ada alasannya. Namun, beberapa hal harus dilihat dulu agar kita dapat mengetahuinya dan bukan memahaminya melalui pembahasan maupun pemikiran.


Kepandaian serta kebijaksanaan manusia hanya sedikit sekali membantu kita. Di atas itu semua, kita harus mengandalkan 'intuisi', mata jiwa yang dapat 'melihat' dan untuk membuka mata tersebut diperlukan pertolongan seorang guru rohani yang sempurna.

Tuhan memberikan kita intelek untuk melakukan pekerjaan duniawi, yaitu dunia fenomena ini. Di atas itu, kebijaksanaan tidak bekerja. dan lagi pula, apakah kebijaksanaan itu? Itu merupakan sari atau hasil dari pengalaman-pengalaman yang kita peroleh melalui indera jasmani d dalam dunia jasmani (dari benda).

Pada setiap orang, kebijaksanaan itu berbeda. Lingkungan, kondisi hidup, peran yanga besar dalam pembentukan 'kebijaksanaan' atau 'akal sehat', dan hasil-hasil yang diperoleh dari pemikiran tersebut tidak sama setiap orang.

Bila kita sedang marah dan berada di bawah pengaruh nafsu, maka cara berpikir akan sangat berbeda dari manakala kita sedang tenang dan damai. Itu berubah-ubah menurut suasana hati dan masing-masing orangnya, dan itu berbeda-beda sesuai dengan usia.

Ketika masih kecil, sewaktu meningkat dewasa, sewaktu miskin atau selagi kaya, ia berubah mengikuti perubahan yang ada. Bila 'patokan cara berpikir' tersebut selalu berubah, bagaimana kita dapat mengandalkan hasil-hasil 'pengukuran'nya?

Kemampuan otak untuk berpikir sehat hanya cukup untuk mengevaluasi serta memahami apa-apa yang dapat dimengerti oleh indera jasmani. Ia terlalu lemah untuk dapat memahami ''Yang Tak Terpahamkan'. Tuhan serta perbuatan-perbuatan Tuhan hanya dapat dipahami oleh jiwa. Disitu, ia ''Melihat'' dengan jelas dan ''mengetahui'' tanpa berpikir..

Sebuah Renungan: Carilah Guru Rohani Sempurna



Bila seseorang beruntung sekali untuk bertemu dengan dengan seorang guru rohani sempurna, maka mata serta telinganya akan mulai terbuka dan ia mulai mendnegar Suara Tuhan ini. Jika saja para ahli filsafat dan pencari kebenaran di dunia inimau menyelidiki dengan seksama firman yang merupakan landasan dari semua agama ini, maka semua permusuhan serta pertikaian yang sekarang ini banyak sekali terjadi antara pengikut berbagai agama, pasti akan berakhir.



Apakah yang menyebabkan semua pertentangan yang ada sekarang ini? Hanya karena ketidaktahuan dan tidak adanya pikiran yang sehat. Bila seorang suci atau nabi datang, ia memberitakan kebenaran yang abadi dalam bahasa yang sederhana tanpa ada maksud untuk menemukan agama baru. tetapi setelah kepergian mereka, orang memisah-misahkan diri dalam berbagai sekte dan syahadat. Nabi Muhammad adalah satu dan Kitab Suci Qur'an adalah satu, tetapi sekarang ini terdapat tujuhpuluh dua sekte yang berlainan di antara para pengikutnya.

Para Suci berkata ''Jangan memikirkan tentang soal-soal yang remeh itu, Nama yang Sejati terdapat di dalam diri anda. Peganglah dia dan kembalilah ke 'Rumah' amda secara diam-diam tanpa banyak pusing. Tetapi untuk maksud tersebut harus mencari seorang guru rohani sempurna.

Kesulitannya adalah bahwa, di dunia ini terdapat seribu satu macam guru. Ada yogi-yogi, Vedantis, Sanyasi, Bairaqi serta masih banyak lainnya.

Bagaimana orang dapat mengenal seorang Guru Rohani Sejati, dan patokan apakah yang harus dipakai untuk menguji kebenaran dari begitu banyak orang mengaku sebagai guru rohani? Jawabnya adalah bahw Tuhan Sendiri selalu menolong para pencari kebenaran yang tulus untuk mendapatkan seorang guru rohani sejati.

Itu semua berada di tanganNya. Sasaran kita haruslah tempat yang Terluhur itu, yang berada di luar jangkauan Kiamat dan Pemusnahan, dan kita harus memilih seorang guru rohani yang mampu membawa kita ke alam itu.

Guru rohani sempurna sangat langka didunia. tetapi seorang pencari kebenaran akan selalu menemukannya. Mereka dapat ditemukan diantara umat Hindu dan juga Islam, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Nasib yang luar biasa baiknyalah yang menemukan orang dengan Guru Rohani Sejati.

Susuhunan Kalijaga


Sunan Kalijaga, adalah wali yang paling dominan kemampuannya dalam cerita ke-wali-an di Pulau Jawa dan bahkan Indonesia. Bukan saja, gaya penyampaiannya yang lugas, tetapi juga tingkat keilmuannya.

Susuhunan Kali, bukan saja wali yang suka mengembara, tetapi juga gemar menuliskan pengalaman dan perjalanannya ke belahan bumi. Banyak buku karangan yang kini masih belum diterjemahkan dan tersimpan di Demak

Kesaktian sunan kali ini bukan saja, karena keturunan manusia yang lumrah, tetapi juga titisan darah dewa dalam dirinya, sebagaimana keturunan dinasti Majapahit. Perpaduan bakat keturunan raja dan dewa inilah yang membuat ia memiliki kelebihan dibanding wali lain yang ada di Indonesia.

Kematian Sunan Kalijaga itu, sampai sekarang juga masih misteri, khususnya bagi keturunan raja-raja di Keraton Surakarta maupun Yogya. Saat kematiannya tersebar, ternyata dalam waktu yang hampir bersamaan bukan saja dia meninggal di Kadilangu, Demak, tetapi juga di berbagai daerah wilayah Demak.

Begitu, Putera Sunan Kali lapor ke Raja Demak, bahwa ayahnya meninggal setelah beberapa hari sakit. Raja juga menerima laporan dari beberapa warganya, bahwa Kanjeng Sunan Kalijaga meninggal di daerah mereka dan jenazahnya di makamkan di desa yang disinggahinya itu.

Banyaknya laporan warga yang serupa dari daerah yang berbeda-beda itulah yang membuat Sultan Trenggono, murid terdekat Jeng Sunan Kali, bersedih. Dia kemudian mengurung diri di kamar.

Tak ada yang boleh satupun keluarga atau ponggawa yang boleh masuk kamarnya, selama berhari-hari. Raja itupun tak mau menerima makanan, sehingga membuat sedih keluarga kerajaan.

Disaat kesedihan mendalam itulah, dia tiba-tiba di datangi Sunan Kali dan memberikan wejangan atau petuah bagi dirinya. Mereka tiduran diatas ranjang raja dan Sunan Kali menjelaskan, mengapa dia berbuat seperti itu.

Raja tetap merahasiakan pertemuan itu dan sejak itu, kamar Sultan tidak boleh dimasuki oleh siapapun, termasuk permaisurinya. Pada hari-hari tertentu Sunan Kali ternyata terus memberikan petuah tentang kehidupan bagi raja.

Keputusan, kamar sang Sultan tidak boleh digunakan untuk tidur oleh siapapun itu ternyata menurun sampai sekarang. Kamar Tidur Raja Keraton Surakarta, hingga sekarang juga hanya digunakan tidur oleh sang raja sendiri. Nampaknya itu adalah pesan turun temurun dari keluarga raja.

Senin, 29 Juni 2009

Reformasi Tanpa Proteksi


KASUS kekerasan yang dialami oleh Siti Hajar dan Modesta Rengga Kaka, pembantu rumah tangga (PRT) Migran Indonesia yang bekerja di Malaysia adalah fenomena gunung es, di mana kasus yang sebenarnya terjadi lebih banyak, tapi tak dilaporkan. Dalam catatan Migrant Care, dalam sebulan terakhir ini terjadi peningkatan kasus-kasus kekerasan dan kematian yang dialami oleh buruh migran Indonesia.

Tercatat setidaknya 15 buruh migran Indonesia meninggal dunia dalam bulan terakhir ini. Sementara menurut KBRI di Malaysia, sepanjang 2008 terjadi 700 kasus kematian buruh migran Indonesia. Beruntunnya kasus kekerasan dan kematian yang dialami oleh buruh migran Indonesia menyibak fakta bahwa ada yang keliru dalam kebijakan penempatan buruh migran Indonesia. Sepertinya, kebijakan penempatan buruh migran Indonesia luput dalam arus reformasi kebijakan publik di Indonesia.


Artikel ini mencoba menguak kebijakan penempatan buruh migran Indonesia sebagai bagian tak terpisahkan dari dinamika politik (eksploitasi) perburuhan Indonesia. Dalam perspektif historis, kebijakan penempatan buruh migran adalah reproduksi kebijakan kolonial Hindia Belanda yang pada saat itu membutuhkan buruh perkebunan untuk menggarap lahan-lahan perkebunan di kawasan Sumatera. Hingga kemudian juga berlangsung pengiriman orang Jawa (dan juga orang India) ke Suriname untuk tujuan yang sama. Pola-pola tersebut adalah mobilisasi tenaga kerja untuk kepentingan ekonomi kolonial.
Sementara pola migrasi yang lain juga berlangsung melalui perikatan-perikatan kultural yang telah terbangun dari jalur-jalur perdagangan archipelago Asia Tenggara. Pola inilah yang membentuk tradisi migrasi orang Bugis, Madura, Bawean, Sasak, dan Flores ke Malaysia Semenanjung dan Sabah. Sementara jalur migrasi tenaga kerja ke Timur Tengah terbangun dari ‘’efek samping’’ perjalanan ibadah haji dan umrah. Di samping itu, kerja sama serikat buruh berbasis Islam juga turut serta memperkuat perikatan tersebut.

Hingga awal kekuasaan rezim Soeharto, belum ada kebijakan yang signifikan dalam mengatur dan mengelola penempatan buruh migran, kecuali kebijakan keimigrasian. Dalam UU No 14/1967 tentang Pokok-Pokok Ketenagakerjaan juga hanya terkandung satu pasal tentang penempatan buruh migran.

Tampak jelas terlihat, pada saat Indonesia masih bergelimang dengan rezeki minyak, kebijakan tentang penempatan buruh migran ke luar negeri hanyalah kebijakan reaktif dari adanya migrasi tenaga kerja yang sebelumnya dilakukan secara perorangan ataupun melalui jalur-jalur tradisional. Migrasi tenaga kerja pada masa Indonesia mengalami booming minyak masih belum dilirik sebagai penopang ekonomi.

Namun ketika rezeki minyak sudah menjauhi Indonesia, barulah sektor ini dilirik. Dalam dua dekade (1980-an dan 1990-an) terjadi booming bisnis penempatan buruh migran ke Arab Saudi. Migrasi tenaga kerja menjadi sektor bisnis baru yang memunculkan perusahaan penempatan buruh migran. Fenomena ini menggeser kebijakan penempatan buruh migran yang sebelumnya bersifat reaktif (pasif) menjadi kebijakan regulatif (pengaturan). Dalam dekade ini pula, terjadi penataan penempatan buruh migran ke Malaysia. Jika sebelumnya migrasi pekerja berlangsung secara voluntary (spontan), maka kemudian harus diatur melalui perusahaan pengerah tenaga kerja. Dan mulailah proses kriminalisasi untuk mereka yang bekerja ke Malaysia tanpa melalui perusahaan pengerah tenaga kerja dengan sebutan TKI ilegal/pendatang haram.

Modal utama pemerintah Indonesia dalam kebijakan penempatan buruh migran adalah mengedepankan keunggulan komparatif (comparative advantage). Hal ini dilakukan untuk menghadapi kompetitor sesama negara pengirim, Philipina, yang telah mapan dan merajai penempatan buruh migran di seluruh dunia. Keunggulan komparatif yang selalu disuguhkan oleh Indonesia adalah buruh muda usia, murah upah, dan menurut. Dan mayoritas mereka adalah buruh migran perempuan. Inilah akar mula kebijakan komodifikasi buruh migran Indonesia. Dengan demikian, tidaklah mengherankan jika produk-produk kebijakan penempatan buruh migran tak pernah menyentuh persoalan pokok buruh migran mengenai perlindungan.
Tanpa Proteksi

Dan sekarang, ketika remitansi dianggap sebagai potensi penggerak ekonomi negara ini, kebijakan pun berubah menjadi kebijakan operasional, di mana negara tampil turut serta dan memobilisasi sebesar-besarnya migrasi tenaga kerja ke luar negeri.

Transformasi kebijakan penempatan buruh migran tersebut makin menegaskan peran negara yang hanya mengambil untung dari proses migrasi tenaga kerja namun absen dari tugas utamanya sebagai pelindung warga.
Kebijakan yang paling signifikan dalam penempatan buruh migran Indonesia ke luar negeri adalah UU No 39/2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI ke Luar Negeri. Walau pada awalnya rancangan UU ini diinisiasi oleh aktivis buruh migran, dalam proses legislasinya dibajak oleh pemerintah dan parlemen, serta kehilangan ruh protektifnya. Mandat yang telah dilaksanakan pemerintah Indonesia berdasar UU ini adalah pembentukan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).

Pembentukan institusi baru ini juga menimbulkan kontroversi karena dilakukan secara tidak transparan dan sangat terasa nuansa konsesi politiknya. Dengan menunjuk M Jumhur Hidayat sebagai Kepala BNP2TKI, Presiden SBY makin menegaskan wataknya untuk balas jasa politiknya semasa menjadi Tim Sukses Kampanye SBY-Kalla saat Pemilihan Presiden 2004. Nuansa ini terbukti ketika sekarang ini M Jumhur Hidayat secara terang-terangan menyatakan dukungannya kembali kepada SBY dalam Pilpres 2009.

Pembentukan institusi baru ini ternyata tidak diimbangi dengan penyiapan infrastruktur legal untuk memperkuat UU ini. Seharusnya yang lebih dulu dirintis adalah peraturan pelaksanaan dari UU ini. Sejak UU ini resmi diundangkan dalam Lembaran Negara pada akhir Oktober 2004 hingga saat ini, belum ada satu pun Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Peraturan Presiden dibuat sebagai instrumen pelaksana UU ini. Yang baru dibuat hanyalah Peraturan Menteri yang di dalam hirarki perundang-undangan bukan merupakan produk hukum yang mengikat. Keanehannya adalah UU yang mandatnya mengikat seluruh wilayah hukum Indonesia, hanya diimplementasikan dalam bentuk Keputusan Menteri yang hanya mengingat di departemen teknis. Kerancuan ini terbukti dengan munculnya sengketa antara Depnakertrans dan BNP2TKI mengenai kewenangan dalam pengaturan penempatan buruh migran Indonesia.

Instrumen pokok yang seharusnya segera disusun adalah pengikatan secara hukum internasional dalam kebijakan penempatan buruh migran, baik dalam bentuk bilateral agreement maupun penyepakatan instrumen multilateral. Tanpa instrumen ini, BNP2TKI hanya merupakan institusi tanpa greget. Dan ini terbukti dari tidak adanya perubahan yang signifikan terhadap kondisi buruh migran Indonesia meski BNP2TKI sudah berdiri sejak 2 tahun lalu.

Dilihat dari polanya, pendirian BNP2TKI ini mengacu pada migrant workers governance yang diterapkan Philipina. Di negara tetangga ini memiliki institusi khusus yaitu POEA (Philippines Overseas Employment Agency) dan institusi ini dilengkapi instrumen proteksi yang terlembagakan dalam aktivitas perwakilan di luar negeri (Atase Ketenagakerjaan dan Crisis Centre) dan juga komitmen multilateral dengan meratifikasi UN Convention on the Protection of The Rights of All Migrant Workers and Members of Their Families dan aktif menjadi anggota UN Committee of Protection on Migrant Workers.

Pengaruh signifikan lain yang memengaruhi kebijakan penempatan buruh migran Indonesia adalah conditionality yang wajib dilakukan Indonesia dari institusi lembaga keuangan internasional (terutama IMF dan World Bank). Seperti juga sektor ekonomi yang lain (pertanian, pertambangan, sumberdaya air), pada sektor penempatan buruh migran juga menjadi bagian dari persyaratan lembaga keuangan internasional (IMF dan World Bank). Setidaknya ini tercermin dalam dua dokumen penting yang sekarang ini menjadi acuan pokok kebijakan makro ekonomi Indonesia.

Dokumen pertama adalah Post Program Monitoring IMF (Inpres No 5/2003). Di dalam dokumen ini, masalah penempatan buruh migran didorong untuk diintensifkan sebagai bagian dari mobilisasi devisa. Devisa yang masuk dari buruh migran diharapkan dapat memantapkan neraca pembayaran dan mendorong kecukupan devisa.

Dokumen kedua adalah Inpres No 3/2006 tentang Iklim Investasi. Instrumen ini adalah desakan World Bank sebagaimana yang disampaikan dalam 2 kali forum CGI (tahun 2005 dan 2006). Dalam masalah buruh migran Indonesia, Pemerintah RI diharapkan merevisi UU No 39/2004 terutama untuk pasal-pasal yang dianggap menghambat iklim investasi penempatan buruh migran. Dalam situasi krisis seperti sekarang ini, lembaga-lembaga keuangan internasional juga mendorong Indonesia untuk meningkatkan perolehan remitansi sebagai penopang krisis. Jelas sekali terlihat bahwa conditionality yang dipersyaratkan IMF dan World Bank adalah mobilisasi remitansi dan kelancaran investasi, serta tidak mempedulikan perlindungan buruh migran. Ini pula yang sekarang sedang giat dikampanyekan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Soeparno, dan Kepala BNP2TKI M Jumhur Hidayat yang secara terang-terangan menargetkan perolehan devisa/remitansi dari buruh migran sejumlah Rp 186 triliun pada 2009.(62)

Wahyu Susilo, Policy Analyst Migrant CARE dan Kepala Divisi Advocacy INFID


source.

Batik Solo Yang Makin Menggeliat



BATIK Solo terus mengibarkan benderanya. Bukan saja, kini sudah tersedia Kampung Batik, di wilayah Laweyan, tetapi promosi Pemerintah daerah juga sangat gencar. Promosi ke luar negeri terus digalakan dan warga Solo juga dipacu supaya mengembangkan kreasi batik.


Dibanding dari daerah lain, Batik Solo memang memiliki nilai jual dan kharisma tersendiri. Motifnya juga banyak, sehingga untuk mengenakannyapun harus hati-hati agar tidak ditertawakan orang.

Sebagai salah satu usaha memacu dan promosi batik, pemerintah kota Surakarta, Minggu (28/6) mengadakan Solo Batik Carnaval (2). Even yang direncakan tiap tahun tersebut diadakan untuk kedua kalinya.

Carnaval yang melibatkan ratusan orang peserta itu memang menjadi tontotan menarik bagi warga maupun turis. Bayangkan jalan utama kota Solo, Jl Slamet Riyadi ditutup total, siang itu.



Para peserta mengenakan pakaian-pakaian beraneka macam dengan bentuk motif batik. Mereka berjalan sambil menari mengikuti alur yang sudah ditentukan panitia.

ribuan penonton yang memadati sepanjang rute pawai, sehingga barisan akhir pawai terlihat semrawut. Pantauan Espos, di sepanjang Jl Slamet Riyadi, penonton dari seputar Soloraya mulai memenuhi jalan utama Kota Solo tersebut sejak pukul 13.00 WIB.
Sekitar satu jam kemudian, sisi kanan dan kiri Jl Slamet Riyadi sudah dipenuhi warga yang ingin menyaksikan gelaran tersebut.

Saat rombongan tiba, ribuan penonton segera merangsek ke tengah jalan. Mereka tampak antusias melihat penampilan ratusan peserta SBC II yang mengenakan kostum dengan tema berbeda-beda. Awalnya petugas dapat mengendalikan penonton, sehingga masih tersedia tempat yang cukup lapang untuk peserta SBC. Namun, setelah sekitar separuh barisan peserta melintas, penonton mulai tidak terkendali.

Bahkan, barisan pawai sempat terputus sepanjang hampir satu kilometer. Akibatnya, belasan peserta terjebak di antara sepeda motor dan mobil penonton yang berebut melintasi Jl Slamet Riyadi.

Salah satu penonton yang mengaku warga Nusukan, Banjarsari, Agus menilai SBC II sangat menghibur lantaran menyuguhkan kostum batik dengan aneka kreasi warna yang menarik. Namun, dia menyayangkan tidak sinkronnya informasi dimulainya acara dengan kenyataan di lapangan.



”Kata panitia, acara mulai pukul 14.00 WIB, dan pukul 12.00 WIB jalan sudah steril. Makanya saya buru-buru ke sini. Tapi nyatanya, baru pukul 16.00 WIB rombongan jalan. Saya memaklumi karena alasan cuaca atau masih panas, tapi kalau memang begitu sebaiknya berikan informasi yang tepat. ” kata Dwi, warga Laweyan.

Senada disampaikan warga Solo Baru, Sukoharjo, Yuni dan Lina. Yuni menilai penonton terlalu sulit diatur sehingga meski acara belum rampung ratusan penonton sudah meninggalkan lokasi dan membawa kendaraannya melintasi Jl Slamet Riyadi. ”Bagus, saya puas. Tapi tolong jangan seperti ini, semrawut sekali,” ujar dia.
Pemberangkatan pawai SBC II dari lokasi start di depan Solo Center Point (SCP) memang sedikit terlambat dari jadwal. Acara pembukaan yang dijadwalkan mulai pukul 14.00 WIB, baru dimulai pukul 14.30 WIB.

Itupun, setelah sambutan dari Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, didahului dengan pertunjukan yang cukup lama dari para peserta yang terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu leader, kelompok topeng panji, kelompok topeng gecul dan kelompok topeng kelana. Sehingga baru sekitar pukul 16.00 WIB rombongan terakhir yang terdiri atas Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu; Walikota Solo, Joko Widodo; Wakil Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo; Counselor for Public Affairs Kedubes AS, Michael H Anderson dan Honorary Consul the Republic of Seychelles, Nico Barito, serta sejumlah tamu undangan, diberangkatkan.

Sabtu, 27 Juni 2009

Sala, Dibangun Akibat Kartosuro Gagal




GEGER terus menerus di Keraton Kartosuro, membuat Susunan Pakubuwono II gerah. Apalagi pemberontakan keluarga keraton dan warga Cina berakibat terbakarnya keraton tersebut.
Ada suatu keyakinan keraton atau rumah yang sudah terbakar dampaknya kurang baik dalam kelangsungan pemerintahan.


Untuk itu, dia memerintahkan Ki Ageng Sala untuk mencari daerah baru untuk didirikan pusat pemerintahan. Dalam perjalanan ke timur, Ki Ageng menemukan daerah yang banyak rawa-rawanya.



Sebagai orang yang dikenal paham akan dunia batin, Ki Ageng melihat daerah tersebut cocok untuk pusat pemerintahan. setidaknya daerah tersebut akan bisa membuat kerajaan bertahan lama.

Dia kemudian duduk semedi meminta petunjuk yang kuasa di kawasan Sriwedari. Tempat semedi Ki Ageng Sala itu, sekarang menjadi rumah makan Boga. Ki Ageng kemudian lapor kepada Susuhunan PB II tentang daerah yang ditemukan.

Untuk mengetahui strategis tidaknya sebagai pusat pemerintahan, Susuhunan PB II kemudian memerintahkan .Tumenggung Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta komandan pasukan Belanda J.A.B. Van Hohendorff. Mereka setuju tentang daerah baru tersebut.Apalagi keberadaan Sungai Bengawan Solo, sebagai lalu lintas air sangat mendukung.



Setelah menentukan hari, maka kerajaan baru itupun didirikan tahun 1746 M dan diberi nama Keraton Surakarta Hadiningrat. Sedangkan nama Ki Ageng Sala, namanya diabadikan sebagai nama pusat kota sampai sekarang.

Dalam sejarahnya, Kota Surakarta atau Solo yang kita kenal saat ini dahulu merupakan sebuah desa yang ada di pinggiran sungai.Nama desa itu adalah desa Sala. Sejarah kota Solo tidak bisa dipisahkan dari kerajaan Mataram. Mataram terpecah belah akibat politik devide et impera Belanda yang dimulai saat pemerintahan Amangkurat I.

Adipati Anom mengangkat dirinya sebagai Susuhunan Amangkurat II dalam pelarian dan membangun keraton pengganti di Kartasura (Wanakerta) sementara itu Pangeran Puger yang notabene adik Amangkurat II berhasil merebut kembali Plered ( ibu kota Mataram setelah Kotagede dan Yogyakarta). Inilah kali pertama terjadi di bekas wilayah Mataram diperintah dua raja.

Kartasura yang dipimpin raja Amangkurat II harus menghadapi perlawanan Pangeran Puger yang akhirnya gagal. Sepeninggal Amangkurat II kraton Kartasura masih mengalami pergolakan. Di bawah pimpinan Amangkurat III Kartasura semakin amburadul karena perangai raja yang buruk, suka main wanita, tinggi hati dan pemarah. Amangkurat III berhasil digulingkan oleh Pangeran Puger yang bersekutu dengan Cakraningrat dan Belanda. Pada tahun 1704 di Semarang, Pangeran Puger dinobatkan sebagai raja dengan gelar Kangjeng Susuhunan Paku Buwono Senapati Ing Ngalaga Sayidin Panatagama ( Paku Buwono I ).



Sesudah Paku Buwono I tutup usia,beliau digantikan oleh Amangkurat IV yang juga populer disebut Amangkurat Jawi.Amangkurat IV wafat pada tahun 1727 dan digantikan oleh RM Gusti Prabu Suyasa yang bergelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwono Ing Ngalaga Ngabdurachman Sayidin Panatagama Ingkang Kaping II.

Pada masa pemerintahannya Kartasura tak terhindar dari pergolakan. Pergolakan yang dipimpin oleh Raden Mas Garendi ( cucu Amangkurat III ) dan didukung oleh kekuatan Cina berhasil menjebol Kartasura serta memaksa Paku Buwono II lari ke Ponorogo. Dalam pengungsian Paku Buwono II menerima bantuan Belanda dengan imbalan harus menyerahkan seluruh daerah pantai ditambah wlayah lain seluas 138.422 karya. Akibatnya meski beliau memperoleh kembali tahtanya, Kartasura telah kehilangan kedaulatan atas wilayah pesisir, sehingga tidak lagi dapat berhubungan dengan daerah-daerah seberang. Kartasura menjadi terkucilkan. Menganggap Kartsura sudah tidak lagi bertuah, Paku Buwono II memindahkan pusat kerajaannya ke Desa Sala. Keraton Baru tersebut selesai dibangun tahun 1745 M dan ditasbihkan sebagai Surakarta Hadiningrat. Hadirnya Keraton membuat suasana desa Sala berubah menjadi hidup dan berkembang hingga menjadi seperti sekarang ini.

Adanya Perjanjian Giyanti, 13 Februari 1755 menyebabkan Mataram Islam terpecah menjadi Surakarta dan Yogyakarta dan terpecah lagi dalam perjanjian Salatiga 1767 menjadi Kasunanan dan Mangkunegaran.

DARI fakta sejarah kota Surakarta perkembangan Surakarta pada jaman dahulu sangat dipengaruhi oleh keberadaan pusat pemerintahan Kasunanan dan Mangkunegaran, Benteng Vastenburg sebagai pusat pengawasan kolonial belanda terhadap Surakarta serta Pasar Gedhe Hardjonagoro (Thomas Kaarsten) sebagai pusat perekonomian kota.

Apabila dihubungkan akan membentuk kawasan budaya dengan Kraton Kasunanan sebagai intinya. Perkembangan kota selanjutnya berlangsung di sekitar kawasan budaya itu.

Lawu Yang Mempesona dan Penuh Misteri



ANDA pernah dengar obyek wisata Tawangmangu?. Itulah salah satu pemandangan Gunung Lawu yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Puncak tertinggi gunung Lawu (Puncak Argo Dumilah) berada pada ketingggian 3.265 m dpl.

Kompleks Gunung Lawu ini memiliki luas 400 KM2 dengan Kawah Candradimuka yang masih sering mengeluarkan uap air panas dan bau belerang. Terdapat dua buah Kawah tua di dekat puncak Gunung Lawu yakni Kawah Telaga Kuning and Kawah Telaga Lembung Selayur.


Gunung Lawu dikelilingi banyak wisata alam yang dimiliki oleh Kabupaten Sragen, Karanganyar, Magetan, Ngawi dan Wonogiri. Berbagai nama-nama yang kawasan G Lawu itupun yang dikeramatkan oleh masyarakat.
Setiap bulan Syuro, selalu dipenuhi oleh pendaki, begitu di awal tahun baru. Masyarakat Jawa percaya bahwa puncak gunung Lawu dahulunya adalah merupakan kerajaan yang pertama kali di pulau Jawa. Gunung Lawu ini sangat berarti bagi Masyarakat Jawa terutama mereka yang masih percaya dengan Dunia Gaib. Terdapat banyak tempat wisata disekitar gunung Lawu seperti Telaga Sarangan, Air Terjun Grojogan Sewu, Tawangmanu, Candi Sukuh, Sangiran, Kraton Solo.

Gunung Lawu dapat didaki lewat Cemoro Kandang (Jawa Tengah) atau Cemoro Sewu (Jawa Timur), jarak kedua tempat ini tidaklah begitu jauh. Dari Tawangmangu kita bisa naik mobil Omprengan menuju Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang. Apabila terlalu sore kita harus mencarter mobil dan bila tidak ada mobil kita harus berjalan kaki sekitar 9,5 Km menuju Cemoro Kandang atau 10 Km menuju Cemoro Sewu. Mobil terakhir omprengan biasanya sekitar pukul 17.00, namun bila sedang ramai kadangkala jam 19.00 masih ada mobil omprengan.

Banyak Jalan Mendaki

Untuk mendaki Lawu, banyak jalan yang bisa dilewati. Hanya saja, pendaki lebih suka lewat Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu. Di Pos Cemoro Kandang terdapat MCK, mushola, dan sebuah ruangan kecil untuk beristirahat. Terdapat sebuah aula terbuka yang dapat digunakan untuk mengadakan acara-acara bersama. Di depan Pos ini juga banyak terdapat warung-warung makanan dan minuman. Pos Cemoro Kandang ini dikelola oleh Kelompok Pecinta Alam yang tergabung dalam wadah Anak Gunung Lawu. Sedangkan Pos Cemoro Sewu dikelola oleh kelompok Pecinta Alam yang tergabung dalam Paguyuban Giri Lawu.
kembaali ke paragrap pertama
Jalur Cemoro Kandang jaraknya sedikit lebih jauh dibandingkan dengan jalur Cemoro Sewu, namun jalur ini agak landai sehingga dapat dilalui pejiarah dengan menggunakan kuda yang disewa dari Tawangmangu. Jalur Cemoro Kandang juga dapat digunakan untuk melakukan petualangan Sepeda Gunung. Pos-pos di sepanjang jalur ini berupa bangunan beratap yang sudah rusak, kecuali di Pos 1 dan Pos 2 dalam kondisi masih utuh dan pada hari-hari tertentu digunakan untuk berjualan makanan. Jalur ini didominasi tanah merah, sehingga pada saat turun hujan atau sesudah turun hujan jalur sangat licin.



Dari Cemoro Kandang menuju Pos 1 (Taman Sari Bawah) jalur agak landai, selama perjalanan bila cuaca cerah tak berawan pendaki akan dapat menyaksikan puncak Cokro Suryo. Sebelum mencapai Pos 1 terdapat jalan setapak yang menuju ke Air Terjun. Di jalur ini seringkali bau belerang sudah mulai tercium. Pos 1 terdapat bangunan yang dapat melindungi pendaki dari hujan dan terpaan angin kencang. Pada hari Kamis - Minggu biasanya terdapat pedagang makanan yang menempati Pos ini.

Menuju Pos 2 (Taman Sari Atas) jalur sedikit lebih curam dibandingkan dengan jalur Pos 1. Nampak Kawah Condrodimuko tak henti-hentinya menyemburkan asap dan bau belerang. Kawah ini diapit oleh dua buah gunung, yakni puncak Cokro Suryo dan puncak Gunung Lawu lainnya yang nampak begitu jelas di sepanjang Jalur. Mulai dari Jalur 2 ini hingga menuju puncak banyak ditumbuhi bunga Edelweis. Pada musim pendakian dan pada hari-hari besar Jawa seperti Suro, Mulud, dll. dimana banyak orang melakukan jiarah-jiarah di tempat kramat, di Pos 2 ini seringkali ramai terdapat pedagang makanan.


Dari Pos 2 Menuju Pos 3 kita akan melewati sebuah sungai kecil dan sebuah Sumber Air. Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri Tebing batu yang sangat indah di sisi kanan sedangkan sisi kiri berupa jurang. Jalur ini sempit menyusuri lereng yang melingkari puncak Cokro Suryo, dengan sisi Jurang Pangarip-arip yang sangat dalam. Jalur ini selain menyusuri jurang juga rawan longsor, bila turun hujan sangat licin dan dalam cuaca berkabut pendaki harus ekstra hati-hati karena jalur sering tidak kelihatan. Bangunan Pos 3 sudah rusak namun masih dapat digunakan untuk berlindung dari hujan dan angin.

Meninggalkan Pos 3 kita akan melewati salah satu tempat yang dikeramatkan masyarakat yakni sebuah sumber air yang bernama Sendang Panguripan. Sendang ini bentuknya mirip sebuah sumur dengan air yang jernih dan dingin. Pada hari-hari tertentu tempat ini sering dikunjungi para pejiarah, bunga dan sesajen lainnya sering kita jumpai di tempat ini.

Menuju Pos 4 Jalur meliuk-liuk menyusuri lereng terjal, terdapat jalan pintas yang sangat terjal dan licin bila hujan turun. Bunga Edelweis tumbuh banyak sekali dilereng-lereng sepanjang jalur ini, bermunculan diantara pohon-pohon sisa-sisa kebakaran hutan. Dari Pos 4 Menuju Pos 5 Jalur bervariasi agak mendatar, sedikit menurun, sedikit mendaki, pemandangan sangat indah akan kita saksikan di sepanjang jalur ini. Jalur berliku-liku, batuan berserakan, padang rumput, padang edelweis, batang-batang kering sisa-sisa kebakaran hutan, seolah-olah kita berada di suatu taman yang sangat aneh seperti dalam dunia komik. Beberapa puncak-puncak nampak bermunculan, puncak Cokro Suryo kelihatan begitu runcing dan sangat tegar.

Dari Pos 5 pendaki dapat langsung menuju ke Puncak Hargodumilah, Puncak Hargo Puruso, atau Puncak Hargo Tulling. Bisa juga langsung berjiarah ke makam kuno di Hargo Dalem, atau Pasar Dieng/Pasar Setan. Di sepanjang jalur ini banyak tumbuh Edelweis dan padang rumput yang terdapat dilereng-lereng gunung menuju puncak-puncak gunung.

BERSEMAYAM DEWA

Dari buku-buku kuno, khususnya Babad Tanah Jawa, kawasan Gunung Lawu adalah tempat bersemayamnya para dewa, yang turun dari kadewatan. Bahkan dewa-dewa yang dulunya bersemayam di Gunung Himalaya, India, kemudian ke Jawa dan menjadi raja-raja pada akhir kehidupannya berada di gunung itu.

Pada masa lalu Gunung Lawu memiliki nama Wukir Mahendra. Gunung Lawu merupakan kerajaan pertama di pulau Jawa yang dipimpin oleh raja yang dikirim dari Khayangan karena terpana melihat keindahan alam diseputar Gn. Lawu.

Sejak jaman Prabu Brawijaya V, raja Majapahit pada abad ke 15 hingga kerajaan Mataram II banyak upacara spiritual diselenggarakan di Gunung Lawu. Hingga saat ini Gunung Lawu masih mempunyai ikatan yang erat dengan Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta terutama pada bulan Suro, para kerabat Keraton sering berjiarah ke tempat-tempat keramat di puncak Gn.Lawu.

Terdapat padang rumput pegunungan banjaran Festuca nubigena yang mengelilingi sebuah danau gunung di kawah tua menjelang Pos terakhir menuju puncak pada ketinggian 3.200 m dpl yang biasanya kering di musim kemarau. Konon pendaki yang mandi berendam di tempat ini, segala keinginannya dapat terkabul. Namun sebaiknya jangan coba-coba untuk mandi di puncak gunung karena airnya sangat dingin.

Rumput yang tumbuh di dasar telaga ini berwarna kuning sehingga airnya kelihatan kuning. Telaga ini diapit oleh puncak Hargo dumilah dengan puncak lainnya. Luas dasar telaga Kuning ini sekitar 4 Ha.

Terdapat sebuah mata air yang disebut Sendang Drajad, sumber air ini berupa sumur dengan garis tengah 2 meter dan memiliki kedalaman 2 meter. Meskipun berada di puncak gunung sumur ini airnya tidak pernah habis atau kering walaupun diambil terus menerus. Air sendang ini dipercaya dapat memberikan mujijat bagi orang yang meminumnya. Juga terdapat bangunan yang berupa bilik-bilik untuk mandi, karena para pejiarah disarankan untuk menyiram badannya dengan air sendang ini dalam hitungan ganjil.

Juga ada sebuah gua yang disebut Sumur Jolotundo menjelang puncak, gua ini gelap dan sangat curam turun ke bawah kurang lebih sedalam 5 meter. Gua ini dikeramatkan oleh masyarakat dan sering dipakai untuk bertapa. Sumur ini berupa lubang bergaris tengah sekitar 3 meter. Untuk turun ke dalam sumur harus menggunakan tali dan lampu senter karena gelap. Di dalam sumur terdapat pintu goa dengan garis tengah 90 cm. Konon di dalam sumur Jolotundho ini sering digunakan untuk bertapa, dan digunakan guru-guru untuk memberi wejangan/pelajaran kepada muridnya.

Terdapat sebuah bangunan di sekitar puncak Argodumilah yang disebut Hargo Dalem utuk berjiarah, disinilah tempatnya Eyang Sunan Lawu. Tempat bertahta raja terakhir Majapahit memerintah kerajaan Makhluk halus. Hargo Dalem adalah makam kuno tempak mukswa Sang Prabu Brawijaya. Pejiarah wajib melakukan pisowanan (upacara ritual) sebanyak tujuh kali untuk dapat melihat penampakan Eyang Sunan Lawu. Namun tidak jarang sebelum melakukan tujuh kali pendakian, pejiarah sudah dapat berjumpa dengan Eyang Sunan Lawu.

Di sekitar Hargo Dalem ini banyak terdapat bangunan dari seng yang dapat digunakan untuk bermalam dan berlindung dari hujan dan angin. Terdapat warung makanan dan minuman yang sangat membantu bagi pendaki dan pejiarah yang kelelahan, lapar, dan kedinginan. Inilah keunikan Gunung Lawu dengan ketinggian 3.265 mdpl, terdapat warung di dekat puncaknya.

Pasar Diyeng atau Pasar Setan, berupa prasasti batu yang berblok-blok, pasar ini hanya dapat dilihat secara gaib. Pasar Diyeng akan memberikan berkah bagi para pejiarah yang percaya. Bila berada ditempat ini kemudian secara tiba-tiba kita mendengar suara "mau beli apa dik?" maka segeralah membuang uang terserah dalam jumlah berapapun, lalu petiklah daun atau rumput seolah-olah kita berbelanja, maka sekonyong-konyong kita akan memperoleh kembalian uang dalam jumlah yang sangat banyak. Pasar Diyeng/Pasar Setan ini terletak di dekat Hargo Dalem.

Keris, Sebuah Pemahaman



PADA jaman modern seperti sekarang ini mungkin menyebut kata empu adalah suatu hal langka, karena beberapa nama empu menjadi nama jalan, bahkan nama Empu Tantular sudah menjadi nama Universitas di dekat tempat tinggalku di Cipinang.



Aku kenal Empu Margono di Bumiayu, Jawa Tengah, tiap hari kerjanya bikin alat-alat pertanian, seperti cangkul, pisau dapur, golok (di sana orang menyebutnya bendo) ataupun keris kalau ada yang memintanya.


Aku berkenalan dengan Empu Margono, hanya suatu kebetulan saja, aku ke bengkelnya karena di ajak Suaeb yang sering membantu keluarga kami bekerja di lahan pertanian milik Ibuku. Suaeb dan aku ke bengkelnya sambil membawa besi bekas per mobil, sebagai bahan mentah untuk dibuat golok baru.


Di bengkel keris-nya, langkah awal yang aku lihat adalah membersihkan besi per bekas tadi, kemudian di panaskan pada suhu lebih dari tiga ratus derajat celcius, hanya dengan peralatan sederhana. Gambaran bengkel kerjanya, tungku perapian tempat untuk memanaskan besi-besi yang akan di bentuk ada di tengah, lantai tempat untuk menempa besi terbuat dari tanah biasa, bak air untuk mencelup besi panas di letakkan di depan dan pompa angin dengan menggunakan alat seperti tong di letakkan di pojok tetapi antara satu dengan lainnya saling berhubungan, kulihat ada dua buah alat untuk meniup angin yang disemprotkan pada tungku perapian. Peralatan sederhana ini sungguh berbeda dengan peralatan modern yang sering kujumpai di Jakarta, misalnya dalam pembentukan peralatan di pabrik-pabrik ada istilah blanking process, deep draw, punching, lining, oven, painting spray dan finishing, yang digarap secara masal, lain pabrik di Jakarta lain pula bengkel Empu Margono, pekerjanya hanya dua orang, yaitu dia dan anaknya yang ikut membantu memompa angin. Aku dan Suaeb duduk di sebelah tempat memompa angin, dekat pintu masuk.

Melihat Empu Margono bekerja, aku ikut merasakan capek, karena di bengkelnya (sebenarnya lebih tepat disebut gubuk, karena kondisi tempatnya sudah kumuh) temperatur ruangannya cukup panas. Aku lihat sesekali dia menyeka keringatnya dengan tangannya, sesekali dibiarkannya bercucuran sehingga berjatuhan ke tubuhnya. Besi yang di tempa berwarna merah membara, kemudian dibentuk dengan memukul-mukulnya dengan menggunakan palu. Dibakar lagi.. dicelup lagi.. dan dibentuk lagi, akhirnya terbentuk golok sesuai dengan jenis yang diinginkan.

Beberapa jam duduk sambil ngobrol dengan Empu Margono, memberikan pemahaman kepadaku tentang bagaimana hidup. Hidup kita itu seperti bahan besi yang siap ditempa oleh Sang Empu, bisa dibuat menjadi pisau, bisa juga menjadi cangkul. Dalam proses menjadi peralatan tersebut kita ditempa, dicelup dan dibentuk. Seperti juga peralatan itu, kitapun akan menjadi matang apa bila dalam hidup kita ditempa dengan berbagai pengalaman, baik yang kita terima dalam keadaan baik ataupun buruk.

-o0o-

Selain diasosiasikan dengan penempaan pengalaman hidup suatu individu, api yang panas membara dalam dunia spiritual bisa juga diasosiasikan dengan api cinta kepada Tuhan. Pecinta Tuhan mengalami cobaan yang sama seperti besi di tempa, tetapi cobaan-cobaan yang diterima tidak mengusik hati, karenanya seperti kebal atau imun terhadap penderitaan. Jika anda mencintai Tuhan, maka semua mahluk akan mencintai anda. Untuk itu, luangkan waktu sebentar dengan para pecinta Tuhan pasti akan menemukan apa makna kebahagiaan dan kebebasan yang sesungguhnya yang dicari selama ini.

Sebagian orang memasuki cinta Tuhan begitu dalam, sehingga menjadi sumber cinta bagi sesamanya. Sebagian orang memasuki api cinta dan menjadi satu dengan api itu, karena mereka telah memasuki cinta itu dan diterima olehNya, maka mereka meradiasikannya, mereka bercahaya seperti besi panas membara yang telah dicelupkan ke dalam perapian. Seperti keris yang berkelok indah, yang telah diciptakan oleh Sang Empu, mereka telah memperoleh sifat-sifat api tanpa kehilangan sifat besi dan kekuatannya, karena telah melewati api ini substansi mereka berubah selamanya. Lewat keindahannya, keris dicinta dan selalu mendampingi pemiliknya dengan setia.

Setengah hari, duduk di Bengkel Empu Margono, memberikanku pelajaran bagaimana menerima dan menyikapi tempaan hidup ini.


source.

Jumat, 26 Juni 2009

Hashim Kritik Data Pemerintah Soal Kemiskinan

Pengusaha nasional yang juga tim sukses pasangan Mega-Prabowo, Hashim Djojohadikusumo, mengkritik data pemerintah yang menyebut jumlah orang miskin di Indonesia hanya sekitar 15 persen. Data tersebut dinilainya tidak akurat dan bohong.

“Saya kira 15% jumlah orang miskin itu nggak benar,” katanya saat memberi sambutan dalam deklarasi dukungan untuk pasangan Mega-Prabowo oleh Angkatan Penerus Indonesia Raya (APIRA) dan 18 Ormas, di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan,


Menurut adik kandung Prabowo tersebut, merujuk data Bank Dunia, jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 49 persen atau sekitar 115 juta orang. Asumsinya, penghasilan mereka di bawah US$ 2 atau di bawah Rp 20 ribu per hari.

Namun, lanjut Hashim, data tersebut dibantah oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan
ditegaskan bahwa kemiskinan hanya 15 persen dengan asumsi berpenghasilan Rp 182.500 per keluarga per bulan. Sehingga, jika ada keluarga yang berpenghasilan Rp 200 ribu per bulan, tidak dikategorikan miskin.

“Masak satu keluarga miskin ukuran pendapatannya Rp 182.500 per bulan. Kalau ukurannya itu, berarti orang yang pendapatannya Rp 200.000 per bulan itu bukan orang miskin. Ini kan tak masuk akal. Ini sama saja bohong. Itungan Bank Dunia saja untuk penghasilan 25 hari Rp 500 ribu masih dikategorikan miskin,” ungkapnya.

Menurut adik kandung Prabowo tersebut, mantan wapres Hamzah Haz juga pernah mengutarakan bahwa jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 70 persen hingga 80 persen. Jumlah ini didasarkan pada besaran UMR (Upah Minimum Regional).

“Jadi yang benar yang mana? Ya data Pak Hamzah Haz dan juga data Bank Dunia,” ujar Hashim disambut tepuk tangan.

Liburan Dayu Park diserbu...

Musim liburan menjadi musim yang paling ditunggu bagi kebanyakan siswa. Ya, di musim inilah para siswa memanfaatkan diri untuk cooling down sejenak melepas aktivitas kesehariannya sebagai seorang pelajar.

Di musim itulah, banyak siswa yang pergi ke pantai, ke gunung, museum, atau berbagai tempat rekreasi lainnya, yang bertujuan menemukan suasana yang belum ditemukan di masa sebelumnnya.


Bicara soal liburan, Bumi Sukowati memiliki satu obyek wisata Dayu Park yang kerap menjadi jujugan warga. Sebuah taman yang cukup asri mulai dikenal hingga ke luar daerah. Berbagai fasilitas di taman yang diprakarsai Bupati Sragen, Untung Wiyono itu di antaranya berupa wisata alam, wisata air, pendidikan, olahraga, sarana outbond dan lainnya. Bagi mereka yang ingin mencari nuansa alami bersama-sama anggota keluarga, taman ini pantas menjadi referensi tujuan wisata.
”Gaung ketenaran Dayu Park ini sudah terdengar hingga di daerah Ngawi. Dengan datangnya musim liburan sekolah, saya pikir inilah saatnya yang tepat untuk mengunjungi obyek wisata terbaru di Sragen,” jelas seorang walimurid taman kanak-kanak di Desa Ngadiluwih, Ngawi, Muh Qosim saat ditemui Espos di kawasan Dayu Park, Selasa (23/6).
Ayah seorang putera tersebut terlihat sangat menikmati keindahan alam yang disuguhkan oleh pengelola Dayu Park. Bersama puteranya yang bernama, Muh Alwi B, dirinya sangat antusias mengelilingi Dayu Park. Sekalipun dengan jalan kaki, areal Dayu Park seluas 5 hektare seolah tidak pernah dapat menghentikan langkahnya. Pesona keindahan alam Dayu Park benar-benar dinikmatinya mulai dari mini zoo, mini water boom, perkebunan, hingga kolam ikan.
”Saya sudah melihat semua fasilitas yang ada di Dayu Park ini. Bagi saya, lumayan juga untuk melepas kepenatan,” tandasnya.
Setelah dirasa cukup puas menikmati keindahan alam di Dayu Park, Muh Qosim bersama anaknya memilih beristirahat di bawah pohon. Tepat di depan mereka, terbentang luas fasilitas sebuah kolam lengkap dengan perahu bebek.
”Oleh karena anak saya tidak mau naik bebek-bebekan, maka saya memilih beristirahat di sini saja,” jelasnya.
Dayu Park pada pagi itu memang berbeda, banyaknya pengunjung dari berbagai sekolah maupun taman bermain anak, baik yang berasal dari Sragen sendiri ataupun dari luar Sragen terus berdatangan. Keberadaan Dayu Park benar-benar menjadi alternatif lokasi hiburan bagi masyarakat.
”Saya merupakan guru TK Plumbungan 1. Berhubung saat ini memang saat yang tepat untuk berlibur, maka saya mengajak seluruh siswa untuk datang ke Dayu Park. Jumlah siswa yang datang ke sini mencapai 30 siswa,” jelas seorang guru TK Plumbungan, Ny Wid.
Sebelumnya, menurut pengelola Obyek Wisata Dayu Park, Untung Wibowo momentum liburan diharapkan dapat mendongkrak jumlah pengunjung. Berbagai upaya sosialisasi dan promosi sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari. ”Sudah banyak sekolah-sekolah yang mem-booking Dayu Park ini. Kira-kira jumlahnya mencapai puluhan sekolah. Sejumlah sekolah yang sudah booking tempat itu bukan hanya berasal dari eks Karesidenan Surakarta, namun juga ada yang berasal dari Salatiga, Semarang, dan sejumlah kota-kota besar lainnya di Indonesia,” pungkas dia.


source.

Geger Sriwedari : Ahli Waris Tunggu Hasil Kompromi

Pihak ahli waris, Kawasan Sriwedari Solo, KRMT Wirjodiningrat bersedia menunggu hasil pertemuan dengan pihak Pemkot Surakarta yang kemungkinan akan digelar dalam pekan ini.

Tidak lagi ngotot seperti tawaran sebelumnya, pembagian pengelolaan lahan dengan 4:2:4. Yakni bagian barat atau kawasan Stadion Sriwedari di sebelah barat jalan dengan luas lahan sekitar 4 hektare untuk dikelola Pemkot, sementara bagian tengah seluas 2 hektare untuk dikelola bersama dan bagian timur seluas sekitar 4 hektare dikelola ahli waris.


Kuasa ahli waris, M Jaril mengatakan sementara ini akan memprioritaskan terlebih dahulu soal status kepemilikan lahan seluas sekitar 10 hektare di Jl Slamet Riyadi itu.
‘’Kami siap melakukan kompromi kapan saja. Pada pertemuan ketiga itu, kepemilikan dulu yang akan dibicarakan. Baru kemudian pemanfaatan lahannya,’’ jelasnya, Senin (22/6).

Menurut informasi yang dia terima, kompromi yang akan difasilitasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta itu akan dilakukan pekan ini. ‘’Tapi kami masih menunggu kapan waktunya. Yang jelas kapan pun kami siap untuk diajak melakukan kompromi,’’ tegasnya lagi.
Sejalan Hal ini sejalan dengan pernyataan Wali Kota Joko Widodo sebelumnya, yang menyatakan lebih memfokuskan pada permasalahan hukum Taman Sriwedari. ”Bagaimana mau melakukan penataan, wong kepemilikan saja saat ini masih dipermasalahkan. Yang sekarang ini harus segera dilakukan adalah bukan masalah penataan dulu, tapi merampungkan dulu permasalahan hukum Sriwedari,” jelasnya.

Jokowi, begitu Wali Kota biasa disapa tak bisa menyembunyikan kegalauannya lantaran tidak pernah ada titik temu dalam beberapa kali kompromi yang dilakukan dengan pihak ahli waris.

”Saya ingin pertemuan dengan pihak ahli waris itu ada progresnya. Selama ini kompromi yang telah dilakukan tidak pernah ada titik temu,” katanya.

Sementara itu Ketua PWI Surakarta, Budi Santosa menyatakan masih akan menunggu salinan keputusan peninjauan kembali (PK) yang dikabarkan keluar Juni ini. Sekadar diketahui, Badan Pertanahan Nasional (BPN) mengajukan PK atas putusan kasasi MA No 125 K/TUN 2004 yang memenangkan ahli waris atas seluruh lahan Sriwedari seluas sekitar 10 hektare.


source.

Pencemaran Lingkungan PG Tasikmadu, Akibatkan Insiden

KARANGANYAR- Tuduhan kepada PG Tasikmadu Karanganyar yang melakukan pencemaran lingkungan tidak ditampik oleh menejemen badan usaha itu. Pihak PG Tasikmadu mengungkapkan, adanya insiden atau kecelakaan kecil dalam proses produksi gula mengakibatkan, hasil pembuangan produksi tidak sesuai harapan.

“Dampaknya adalah pencemaran udara, seperti keluarnya asap dan abu bercampur debu. Sisa pembakaran itu mengganggu udara di sekitar pabrik, sedangkan abu bercampur debu menempel cucian warga. Penyebabnya adalah proses pembakaran tidak berlangsung sempurna,” papar Bayu Prabowo, ketua Tim Penanganan Limbah PG Tasikmadu.


Bayu yang didampingi Humas PG Heri Fitrianto saat ditemui di lingkungan PG, Rabu (24/6) mengatakan, pencemaran udara yang dikeluhkan masyarakat sebenarnya masih dalam batas kewajaran dan tidak terlalu mengkhawatirkan.

Sebab selama 135 kali giling tebu hanya sesekali sistem pembakaran mengalami masalah, selebihnya produksi berjalan normal. Bagian Penangan Limbah juga sudah berusaha keras memperbaiki sistem pembakaran yang terkadang mengalami masalah.
Pengecekan Selain itu, petugas yang mengawasi sistem produksi paling akhir itu senantias melakukan pengecekan supaya gejala pencemaran yang akan timbul bisa diantisipasi sejak dini.

“Upaya-upaya itulah yang saat ini kami kembangkan. Memang untuk mengantisipasi kebocoran limbah sampai zero (nol) persen tidak mungkin, tetapi perusahan telah berusaha keras mengantisipasinya,” paparnya.

Terkait persoalan serupa di wilayah Triyagan, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, Bayu memaparkan, kasus limbah di daerah itu sudah diselesaikan dengan memindahkan limbah ke tempat lain. PG Tasikmadu juga sudah mengklarifikasikan hal itu kesejumlah pihak termasuk Badan Lingkungan Hidup Sukoharjo, Karanganyar dan aparat pemerintahan setempat.

Sementara itu, Konsultan IPAL PG Tasikmadu, Suhari mengatakan, berdasarkan PP 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3 disebutkan bahwa pabrik gula tidak menghasilkan limbah berbahaya. Sehingga tuduhan, bahwa PG melakukan pencemaran limbah cair berbahaya adalah tidak benar. Sebab selama ini limbah cair yang dihasilkan pabrik juga sudah mengalami proses IPAL sesuai standar


source.

Kamis, 25 Juni 2009

Lima Siswa Tenggelam, Satu Tewas Agar Hemat, Guru Ajak Rekreasi ke Waduk

Liburan siswa SDN I Mojopurno, Kecamatan Ngariboyo, kemarin (24/6), berubah petaka. Lima siswa tenggelam di Waduk Klumpit, Desa Banyudono, Ngariboyo. Tragisnya, seorang siswa tak tertolong dan meninggal di lokasi. ''Korban terlalu lama tenggelam dan kehabisan napas di air,'' terang Suwarno, salah seorang warga yang ikut menolong korban.

Korban tewas itu adalah Umi Ikhlasul Amalia, 10, siswa kelas IV. Saat ditemukan warga, tubuhnya berada di dasar waduk dengan kedalaman sekitar 8 meter. Perutnya kembung terisi air. Butuh waktu sekitar 40 menit untuk menemukan korban. ''Saya raih rambutnya dan langsung saya tarik,'' ungkap Suwarno.


Kejadian nahas tersebut terjadi kemarin sekitar pukul 10.00. Saat itu, 40 siswa kelas III, IV, V, dan VI berekreasi di waduk. Mereka ditemani para guru. Menurut Firda, salah seorang korban selamat, saat itu, dirinya dan empat teman - Umi, Binti, Nila, dan Wahyu- sedang bermain di tangga waduk sebelah timur. Saat bercengkerama dan bercanda, mereka saling dorong. Akibatnya, lima siswa tersebut jatuh ke telaga. ''Awalnya hanya bercanda dan saling senggol,'' katanya.

Saat tercebur, mereka berteriak minta tolong. Tapi, karena tak bisa berenang, mereka tak bisa melakukan apa-apa. Mereka hanya berteriak-teriak. ''Untung, ada warga yang terjun menolong. Kalau tidak, entah bagaimana,'' paparnya sambil meneteskan air mata.

Setelah dievakuasi, para korban langsung diperiksa tim medis puskesmas yang datang ke lokasi. Empat siswa dinyatakan sehat. Tapi, Umi meninggal karena saluran nafasnya dipenuhi air. Sukatmi, orang tua korban, histeris. Perempuan paruh baya itu menangis dan memeluk erat putri keduanya tersebut. Setelah dibujuk keluarga, dia melepaskan pelukannya dari tubuh Umi. Selanjutnya jenazah korban langsung dibawa ke rumah duka, Dukuh Putuk, Desa Mojopurno.

Nur Khomariah, salah seorang guru, menyatakan tak mempercayai kejadian tersebut. Menurut dia, awalnya, pihak sekolah membawa siswa berekreasi di waduk karena dekat. Jadi, tidak membutuhkan biaya banyak. ''Rekreasi ini baru kali pertama,'' katanya.


source.

Dugaan pelecehan Panwaslu Dwi Jatmoko penuhi panggilan

Juru kampanye (Jurkam) pasangan Megawati-Prabowo (Mega-Pro), Dwi Jatmoko, Kamis (25/6) siang, memenuhi panggilan Panwaslu Sukoharjo untuk memberikan klarifikasi seputar orasi yang disampaikannya saat kampanye tertutup di Desa Gentan, Bulu beberapa hari lalu.

Dwi Jatmoko yang datang ke Kantor Panwaslu di kawasan Grogol didampingi sejumlah anggota tim sukses Mega-Pro menegaskan dirinya tak bermaksud menghina Panwaslu atau pihak manapun saat menyampaikan orasi di hadapan konstituennya,


Menurut Dwi, ungkapan Panwas ra cetha terlontar secara spontan lantaran ia merasa prihatin dengan kasus-kasus dugaan money politics dalam Pemilu Legislatif yang menurutnya tidak diproses secara tuntas oleh Panwaslu. Apalagi, lanjutnya, pada pertemuan di Kantor KPU Sukoharjo beberapa waktu lalu, Panwaslu tak bisa memberikan jawaban tegas saat ia menanyakan apakah bagi-bagi uang saat masa tenang termasuk kategori money politics. “Waktu itu Panwas hanya menjawab hal itu tidak diatur dalam Undang-Undang,” kata dia.
Dwi Jatmoko menandaskan, orasi yang ia sampaikan hanya bertujuan memberikan pembelajaran politik kepada publik agar jangan mau dibeli dengan uang untuk memilih kandidat tertentu. Dia menandaskan tak ada niat untuk mendiskreditkan Panwaslu.
Ketua Panwaslu Sukoharjo, Sudaryono mengatakan berdasarkan UU No 10 Tahun 2008 tentang Pemilu, disebutkan money politics ada dua bentuk. Yakni saat kampanye yang membidik pelaksana kampanye serta saat pemungutan suara yang bisa menjerat siapa saja.
Lebih lanjut, Sudaryono, mengatakan seluruh laporan dugaan politik uang yang masuk saat Pemilu lalu ditindaklanjuti oleh Panwaslu. Namun demikian, pihaknya mengalami kesulitan teknis lantaran ada pelapor yang mencabut laporannya atau pelapor tidak menyertakan saksi. “Semua laporan yang masuk kami proses sesuai aturan.”
Sementara, Divisi Pengawasan dan Hubungan Antarlembaga Panwaslu Sukoharjo, Subakti A Sidik memaparkan, yang dipermasalahkan Panwaslu bukan perbedaan persepsi dalam menafsirkan UU money politics, namun statemen Dwi Jatmoko yang terkesan melecehkan Panwaslu. “Tidak hanya kalimat ra cetha saja yang terlontar, tapi Panwaslu juga dituduh tidak jujur. Kami punya rekamannya.”


source.

TAK PERLU HARUS KE SINGAPURA ; Solo Kembangkan Wisata Kesehatan

Membuka peluang baru, Association of the Indonesia Tours and Travel (Asita) Solo bersama Rumah Sakit Islam Surakarta (RSI Yarsis), dan Pemerintah Kota Solo, meluncurkan wisata pelayanan kesehatan, dengan kemasan Solo Tourism and Health Club. “Prinsipnya, kita menggabungkan pelayanan kesehatan dengan kepariwisataan sebagaimana dilakukan Singapura,” jelas Ketua ASITA Solo Suseno menjawab wartawan, usai penandatanganan nota kesepahaman, di Loji Gandrung,


Lewat program ini, tambahnya, masyarakat yang biasanya harus pergi ke Singapura untuk berobat atau sekadar melakukan medical check up sembari berwisata, tidak harus pergi ke Singapura, tapi bisa dilakukan di Solo. Selain itu, program Solo Tourism and Health Club ini juga diarahkan untuk membidik pasar kalangan expatriat serta wisatawan manca negara. Karenanya, pelayanan kesehatan itu nanti digabungkan dengan tawaran beberapa paket wisata, seperti paket Solo - Selo - Borobudur, City Tour plus Sangiran, Candi Sukuh dan Candi Cetho, dan sebagainya.

Dia menilai, fasilitas serta pelayanan kesehatan di RSI Yarsis cukup memadai, sebab rumah sakit di ujung barat Kota Solo ini telah masuk jaringan Telemedicine for the Mobile Society International Network yang berpusat di Jerman, selain pula telah lulus akreditasi standar pelayanan global. Hingga saat ini, ketiga unsur yang telah menandatangani nota kesepahaman sudah siap menjalankan program tersebut.
Pihak RSI Yarsis misalnya, sudah menyiapkan segala bentuk pelayanan medis yang diperlukan wisatawan, sementara Pemkot Solo dan ASITA bersiap melakukan promosi program itu ke berbagai negara, selain pula berbagai kota di Indonesia yang saat ini menjadi tujuan wisata utama wisatawan manca negara, seperti Bali, Yogyakarta, dan sebagainya. “Kami sudah melakukan kontak dengan ASITA di berbagai kota dan negara untuk membantu mempromosikan program ini,” jelas Suseno.
Optimistis
Dia optimistis, program ini akan memperoleh sambutan dari masyarakat, terutama di wilayah Jawa Tengah. dari total masyarakat Indonesia yang berobat atau melakukan medical check up ke Singapura sembari berwisata, sekitar 30 persen di antaranya berasal dari Jawa Tengah. “Itu nanti sasaran utama kita, sembari melebarkan sayap pemasaran ke kota atau negara lain,” ujarnya seraya menyebut, program ini sebagai terobosan baru di dunia pariwisata Indonesia.
Menjawab pertanyaan tentang anggapan umum fasilitas pelayanan kesehatan di Singapura lebih baik ketimbang di Indonesia, Suseno menyebut, anggapan semacam itu harus dikikis secara perlahan. Secara riil, pelayanan kesehatan serta fasilitas peralatan rumah sakit di Indonesia, khususnya RSI Yarsis, tak kalah dengan rumah sakit di Singapura. Sambil berjalan, upaya pertama yang akan ditempuh nanti adalah membangun citra baru, sehingga anggapan umum di kalangan


source.

Survei Jalur Wisata Borobudur - Selo - Solo

Keinginan melakukan touring ke obyek wisata Ketep Pass namun nggak tahu peta lokasinya membuat saya melakukan survei terlebih dahulu. Berangkat berboncengan bersama Arif, motor kami melaju melalui jalan Kaliurang kemudian berbelok kiri di perempatan Pakem. Melewati kecamatan Turi, yang merupakan daerah penghasil salak pondoh yang telah terkenal di Yogyakarta. Jalan berkelok - kelok dan samping kiri dan kanan banyak terdapat pohon salak.


Mencapai daerah Tempel, kami mengambil arah ke kanan, menuju ke arah Muntilan. Melewati jalan Magelang yang cukup lebar, kami mempercepat laju kendaraan. Mendekati daerah Blabak, kami memperlambat jalan dan memperhatikan keterangan arah jalan. Setelah melihat arah belok kanan menuju Ketep Pass, kmi mengambil arah kanan.
Melalui jalan yang dinamakan jalur borobudur - selo - solo, bila ditarik garis lurus dapat dihubungkan antara Borobudur dengan kota Solo melalui jalan tersebut. Saya kurang tahu alasannya bagaimana, menurut kami posisi Borobudur dengan kota Solo melengkung arahnya. Jalanan mulai mendaki, bukit - bukit kecil di lereng gunung Merapi mulai terlihat dengan jelas. Kondisi jalan mulai menyempit. Akhirnya kami mencapai obyek wisata Ketep Pass. Namun kami tidak memasuki obyek wisata tersebut, kami hanya melihat dari luarnya saja.
Perjalanan kami lanjutkan ke arah Selo, sebuah tempat yang digunakan untuk basecamp orang yang akan mendaki ke Gunung Merapi. Kami berhenti sejenak disebuah warung makan sederhana untuk makan siang. Melanjutkan perjalanan melewati sebuah jalan lurus yang menghadap Gunung Merbabu. Pemandangan yang tampak sungguh indah. Berhenti sejenak dan mengambil beberapa foto dengan menggunakan sebuah kamera ponsel yang saya miliki. Dengan keterbatasan sebuah kamera ponsel, saya berusaha mengambil gambar semaksimal mungkin.

Akhirnya sampai di kota Boyolali. Kami mengambil jalan ke kiri menuju ke Klaten. Kami tidak menghentikan laju kendaraan dan meneruskan perjalanan kembali ke kota Yogyakarta.


http://teamtouring.web.id/survei-jalur-wisata-borobudur-selo-solo.html

Kereta Wisata Bakal ada di Kota Solo

Melihat indahnya kota Bengawan atau lebih keren disebut Kota Solo, banyak sekali sudut-sudut kota yang sangat indah. Hampir disetiap penjuru arah mata angin, Solo mempunyai keunikan dan keindahan tersendiri yang berbeda dengan kota-kota lain. Oleh karena itu saya cukup betah tinggal di Kota Bengawan ini dengan teman-teman seperjuangan. Mulai dari barat sampai timur, dari utara hingga selatan, Solo mempunyai keunikan tersendiri. Jadi pada intinya Solo itu indah lah. . . . So Lets Go to Solo.


Banyak hal-ahal yang menurut saya sangat mengagumkan di Solo. Seperti adanya kraton Kasunanan dan Kraton Mangkunegaran yang sangat mengagumkan itu. Selain itu masih banyak lagi tempat-tempat yang harus anda lihat. Yang pasti ngga ada di kota lain yaitu adanya Rel Kereta Api tepat di sebelah badan jalan Slamet Riyadi Solo. Rel itu dilewati kereta api jurusan Solo-Wonogiri. Rel yang berada tepat di samping badan jalan itu sehari dapat dilewati 2 kereta api feeder yang melayani jurusan Solo-Wonogiri.

Karena rel itu kini sudah rapuh keadaannya, PT.KAI berencana akan memperbaiki rel tersebut agar perjalanan semakin nyaman dan nyaman. Perbaikan itu akan dikonsentrasikan untuk penggantian Bantalan kereta api dengan bantalan Beton. Perbaikan itu juga berkaitan dengan rencana Pemerintah Kota Solo tentang akan dioperasikannya Kereta Wisata yang akan melintasi sudut Kota Solo. Rencana Pemkot Solo itu ternyata disambut baik oleh warga Solo. Mereka mendukung penuh dioperasikannya kereta wisata di Kota Solo itu.

Kereta Wisata itu rencananya akan melewati jalan Slamet Riyadi dan beberapa jalur kereta api yang ada di Kota Solo itu. Kayaknya di masa yang akan datang, Kereta Wisata ini menjadi salah satu ikon baru kota Solo dan menjadi daya tarik wisatawan yang tidak ada di kota lain. Lets Go to Solo.


http://wedangansolo.blogdetik.com/2009/04/04/kereta-wisata-bakal-ada-di-kota-solo/

Berita - Solo Tambah Objek Wisata Batik

Kota Solo menambah lagi objek wisata batik yang terbuka untuk masyarakat umum. Di Jalan Slamet Riyadi, dengan luas sekitar 1,5 hektar, ada House of Danar Hadi (HDH) yang menempati bangunan bekas Ndalem Wuryaningratan. Pangeran Haryo Wuryaningrat pemilik bangunan tersebut adalah menantu Pakubuwono X.

Di masa hidupnya Pangeran Haryo aktif dalam pergerakan Budi Oetomo, seangkatan dengan Dr Wahidin Sudiro Husodo, Cipto Mangun Kusumo dan lain-lain. Sejak 1987 bangunan ini dibeli oleh pengusaha Batik Danar Hadi, Santosa Doellah.


HDH terdiri dari enam ruangan dengan konsep one stop of batik adventure yaitu Museum Batik Kuno Danar Hadi, Workshop Batik Tradisional, Show Room Batik Danar Hadi, Ndalem Wuryaningratan, Sasana Mangunsuka, serta Kafe dan Toko Souvenir. "Saya berharap HDH bisa mendukung pariwisata Solo," kata Santosa Doellah di Solo, Jumat (22/8).

Menurut rencana, sore nanti, Menbudpar Jero Wacik akan meresmikan HDH. Tempat ini dibuka mulai Senin-Minggu pukul 09.00 - 16.00 wib. Tiket masuknya Rp15.000 untuk orang dewasa dan Rp7.500 untuk pelajar dan mahasiswa .

Pusat wisata sekaligus belanja batik di Solo selain di HDH adalah Pasar Klewer yang letaknya tidak jauh dari Stasiun Kereta Api Solo Balapan. Berikutnya adalah Kampung Batik Laweyan di Kawasan Laweyan, Kota Solo.


http://www.pasarsolo.com/berita/431/solo-tambah-objek-wisata-batik.html

Konservasi Ekologi Budaya Lereng Lawu

LERENG Gunung Lawu yang membelah empat Kabupaten di Jateng dan Jatim menyimpan potensi kekayaan alam dan budaya eksotis. Lereng Lawu adalah “surga” bagi dunia wisata. Banyak aset wisata religi, alam, seni rakyat yang hinggap di komunitas masyarakat Gunung Lawu.

Dalam dunia kebatinan Jawa (religion of Java), Gunung lawu adalah sentra pelindung serta sumber “kamukten” bagi para raja Jawa pada Masa lalu. Bahkan sampai sekarang Gunung Lawu masih ditempatkan sebagai tameng perlindungan kultural para penerus kerajaan Jawa yang kehilangan basis otoritas politiknya semenjak gerakan antiswapraja ditahun 46-an.


Gunung Lawu adalah pusat alam yang memayungi kehidupan masyarakat lokal dan lintas praja, yang sabuknya dikelilingi Hutan lindung dan hutan produksi, yang sayang pernah dan masih mengalami proses deforestasi pada era 90-an. Hutan Lawu di wilayah KPH Perhutani di Magetan dan Ngawi serte lereng selatan yang ada di wilayah Wonogiri saat ini mengalami fase kerusakan karena proyek jalan tembus Magetan-Karanganyar.

Terbuka kerimbunan Hutan Lawu arah jalur “magis” Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu, berpotensi membuka jalan tol bagi praktik illegal logging dalam skala besar. Karena jalur transportasi yang semakin mudah.

Namun untunglah realitas kelestarian Hutan Lereng Lawu di wilayah sabuk Karanganyar-Sragen serta Ngrambe (Ngawi) masih terjaga kelestarian serta pesona ekologisnya. kehadiran dan fungsi Lembaga Masyarakat Desa
Hutan (LMDH) sebagai wujud pelibatan partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan menjadi faktor subjektif pelestarian plasma Nuftah Gunung Lawu.

Ada sesuatu yang bisa dipelajari (lesson learned) dari adanya poses konservasi atau upaya menjaga zona hayati Hutan Gunung Lawu oleh masyarakat dan pemerintah lokal Karanganyar. Bahwa upaya merawat Hutan Lawu dan Gunung Lawu beserta masyarakat yang berdiam di sabuk sosial lingkar Lawu selama ini menggunakan pendekatan budaya dan aspek keyakinan multireligi.

Penjagaan kelestarian ekologi Hutan Lawu dan zona alam Gunung Lawu dicapai melalui pendekatan budaya yang memiliki nilai kearifan lokal. Mengingat berbagai khazanah kebudayaan lokal di Gunung Lawu secara substansial serta
aspek historis memiliki nilai substansial yang ramah dan cinta lingkungan. Kebudayaan lokal masyarakat Gunung Lawu boleh dikatakan sebagai “the art’s of conservation”.

Aurora Seni

Budaya Ritual Mondosio di Desa Blumbang dan Pancot (Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar) misalnya, kental dengan aurora seni yang mengagungkan eksitensi alam sebagai mitra kehidupan masyarakat. Alam adalah saka guru bagi keberlanjutan kehidupan manusia.

Adapun “ritual sesaji” Sedekah Bumi dan tawur angin di Kecamatan Ngargoyoso dengan mengambil Objek Candi Sukuh memiliki pemaknaan mendalam bahwa alam dan manusia dalam posisi sederajat untuk saling menyapa dan menghormati koeksistensinya dalam kehidupan mikro dan makro.

Terjaganya zona ekologi dan zona Hutan Lindung Gunung Lawu beberapa tahun terakhir dilakukan dengan berbagai pendekatan sosio-kultural, yakni: pertama, integrasi pelestarian ekologi dan Hutan Lawu dengan aktivasi eksplorasi aset kesenian lokal yang mampu membawan pesan cinta lingkungan. Pengembangan kesenian dan kebudayaan lokal di Lereng Lawu (Karanganyar) diselaraskan dengan visi konservasi lingkungan.

Kesenian Lesung, yang kini menjadi ikon jamuan budaya bagi pejabat publik atau kegiatan formal di Karanganyar merupakan produk kesenian yang ramah dan memiliki arti ekologis.

Lesung adalah tempat menumbuk padi dan terbuat dari batang pohon yang berusia lanjut, merupakan simbol bahwa hidup manusia bergantung dan selaras dengan alam agraris.

Kedua, perlindungan terhadap aktivitas religi-budaya di berbagai zona ekologi Gunung Lawu. Aktivitas religi-budaya tersebut dilindungi serta dikembangkan pemerintah dan masyarakat sebagai bagian dari wisata ziarah yang mendatangkan spirit pelestarian lingkungan.

Di Kawasan Candi Cetho (Desa Gumeng, Jenawi) yang berada di atas ketinggian 1,200 dpl misalnya secara ajeg dilaksanakan ritual peribadatan Hindu-Jawa yang kental dengan aroma penghayatan harmoni antara alam dan manusia, alam dan penguasa alam.

Ketiga, adanya penguatan tekad kolektif masyarakat lokal yang mendiami lereng Lawu (Karanganyar) untuk serius memerangi praktik pembalakan liar dan praktik destrutif antilingkungan melalui “ikrar” budaya yang secara rutin diperingati dalam berbagai momentum. Di antaranya melalui tradisi bersih desa dan Temu budaya lintas golongan-agama.

Konservasi

Konservasi Hutan-Budaya di Lereng Lawu, sekarang ini menjadi panduan kebijakan publik tentang bagaimana pengelolaan aset sumber daya alam Gunung Lawu yang berwatak partisipatif. Masyarakat lokal Lereng Gunung Lawu juga memiliki ketegasan sikap sosial ketika mereka melakukan resistensi atas upaya eksploatasi sumber daya alam.

Kasus akan dieksloatasi sumber air Watu Pawon (Ngargoyoso, Karanganyar) oleh PDAM yang dianggap akan mengurangi pasokan air bersih bagi masyarakat lokal dan kegiatan produktif pertanian, ditentang keras oleh masyarakat lokal.

Masyarakat lokal menolak aura kapitalisasi alam yang selalu dilandasi dalih kepentingan “publik”. Masyarakat lokal menginginkan eksplorasi alam yang memiliki kekuatan tanggung-gugat. Untuk kepentingan masyarakat secara substansial.


http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_content&task=view&id=871&Itemid=2

PENDAKIAN LAWU via CETHO = PERSIAPAN EKSPEDISI ANGGREK LAWU III…….?

Minggu kemaren tepatnya tgl 27 feb- 1 mart 09, temen-temen KOMPOS mengadakan survey pendakian lawu lewat candi cetho untuk pengabdian temen-temen calon anggota KOMPOS. Mereka start dari base camp candi cetho kemudain lewat jalur yang jarang dilewati oleh pendaki umumnya dan sampai puncak Argo Dumilah 3262 mdpl.
Selain untuk melatih Menejemen Perjalanan Gunung, pendakian tersebut bertujuan untuk pengamatan vegetasi dari ketinggian …..m dpl sampai …..m dpl.
Mendengar kata-kata pendakian lawu, aku teringat saat KOMPOS mengadakan kegiatan Ekspedisi Anggrek Lawu II yang dilaksanakan pada bulan September 2001 (tanggalnya aku lupa) bahkan sebelumnya sudah dilakukan ekspedisi Anggrek Lawu I kalau ngga salah dilaksanakan pada bulan September 1999.


Banyak sekali materi yang bisa diambil saat kegiatan Ekpedisi Anggrek lawu I & II, yang paling nyata bahwa KOMPOS bisa mengidentifikasi dan mengelompokan anggrek Lawu 24 Genus dan 37 spesies (kalau keliru mohon koreksi) atau bahkan bisa lebih dari jumlah itu, karena KOMPOS baru bisa melaksanakan ekspedisi area Lawu Selatan.
Ekspedisi Anggrek Lawu I & II merupakan kebanggan tersendiri dari PMPA KOMPOS , karena PMPA KOMPOS merupakan Organisasi Mapala yang pertama kali mengadakan indentifikasi Anggrek Lawu, selain itu KOMPOS juga dijadikan pusat informasi bagi mapala maupun organisasi lain yang membutuhkan informasi tentang Anggrek Lawu.
(Kita bangga Choy……., KOMPOS jadi trend center).
Tapi sekarang kok sepi…ya ?
Kok sudah tidak ada mapala atau organisasi lain yang menanyakan anggrek …ya..?
Atau anggrek kita sudah tidak “laku” lagi …ya..?
Mungkinkah pendakian via cetho merupakan persiapan temen-temen KOMPOS untuk melanjutkan Ekspedisi Anggrek Lawu I & II …..? (mungkin ngga’ ya..)
Aku hanya bisa positif thinking, apa yang dilakukan oleh temen-temen KOMPOS hanyalah untuk kemajuan KOMPOS tercinta.


http://kompos.web.id/?p=138

Izin Pendakian Gunung Lawu Diperketat

Pemberian izin dan pengawasan pendakian ke Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah, saat ini diperketat pemkab setempat sehubungan dengan cuaca yang kurang bersahabat yang terjadi akhir-akhir ini.

Karena hujan lebat dan angin ribut yang sering terjadi belakangan ini, Pemkab Karanganyar memperketat pemberian izin dan pengawasan bagi pendaki yang mendaki ke Gunung Lawu. Hal ini dikatakan Kepala Kantor Informasi dan Komunikasi (KIK) Kabupaten Karanganyar Iskandar ketika dihubungi dari Semarang, Selasa (3/2). "Pengetatan pengawasan bagi pendaki pada musim hujan dimaksudkan untuk menghindari musibah kecelakaan, dan yang lainnya," katanya.


Menurut dia, pengetatan juga dilakukan saat musim kemarau dengan tujuan mencegah terjadinya kebakaran di kawasan hutan di gunung itu. Selain itu, katanya, para pendaki juga diharapkan mengikuti aturan dan selalu berhati-hati saat melakukan pendakian. "Jangan sembarangan membuang puntung rokok atau membakar rumput atau ilalang. Ini bisa berbahaya karena dapat menimbulkan kebakaran," katanya menjelaskan.

Pengawasan jalur pendakian dilakukan Kantor Kesbanglinmas Kabupaten Karanganyar bekerja sama dengan Perhutani Lawu Utara, Lembaga Masyarakat Desa Hutan dan Anak Gunung Lawu, organisasi pencinta alam kabupaten setempat.

Para pendaki akan didata secara rinci dan ketat oleh petugas pengawas di pos masuk gunung ini. "Mereka akan selalu diingatkan oleh petugas agar berhati-hati dalam pendakian dan dilarang membuang puntung rokok secara sembarangan. Sebelum dibuang api pada rokok harus benar-benar sudah dimatikan dan tidak diperbolehkan membakar rumput atau akar kering lainnya di kawasan gunung ini," katanya.


http://www.kompas.com/read/xml/2009/02/03/15080529/izin.pendakian.gunung.lawu.diperketat

Awas, flu babi mulai jangkiti Indonesia

PEMERINTAH menyatakan, virus flu babi atau influenza A (H1N1) telah masuk ke Indonesia. Dua pasien saat ini telah dinyatakan terinfeksi virus yang merebak di beberapa negara itu.

”Departemen Kesehatan (Depkes) terpaksa merawat dua orang yang terinfeksi H1N1,” kata Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari di kantornya, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Rabu (24/6). Menkes mengatakan, salah satu pasien saat ini dirawat di RSPI Sulianti Saroso. Pasien itu seorang pilot yang baru pulang dari Australia 14 Juni dan Hong Kong 18 Juni. ”Dia adalah WA, seorang pilot berusia 37 tahun,” kata Menkes. Sementara itu pasien lainnya dirawat di RS Sanglah, Denpasar, Bali. ”BA, 22 tahun warga Inggris yang menetap di Australia. Berkunjung ke Bali 19 Juni,” kata Menkes.


WA pada 14 Juni berkunjung ke Australia dan pada 18 Januari ke Hong Kong. Tanggal 19 Juni dia mengalami demam lalu memeriksakan diri ke RSPI Sulianti Saroso dan hingga kini masih dirawat di sana.
Sementara BM pada 19 Juni berkunjung ke Bali dan tanggal 20 Juni berobat ke Rumah Sakit Sanglah (Denpasar) dengan membawa kartu waspada kesehatan (health allert card). ”Kedua pasien dalam keadaan baik namun masih diisolasi di rumah sakit.”
Ia menambahkan, kedua pasien tersebut baru diizinkan keluar dari ruang isolasi rumah sakit setelah dinyatakan negatif atau sembuh dari infeksi virus influenza A (H1N1). Hal itu, menurut dia, dilakukan untuk mencegah virus influenza A (H1N1) menyebar cepat dalam masyarakat seperti yang terjadi di beberapa negara tetangga.
”Karena di Australia, semula penularan terjadi karena kasus impor tapi kemudian menular ke warga Australia dan selanjutnya menular antarwarga di negara itu secara cepat. Saat ini di sana kasusnya cukup banyak,” katanya.
Menkes menambahkan, saat ini empat warga negara Indonesia yang berada di luar negeri juga dilaporkan positif terinfeksi flu A H1N1 dan dirawat di sana. Tiga di antaranya merupakan WNI yang tinggal di Singapura dan satu lainnya WNI yang bermukim di Australia namun sedang berlibur di Singapura.
”Ada juga laporan infeksi pada seorang pegawai kita yang sedang mengikuti pelatihan di Beijing dan satu WNI lagi di Makau, namun belum ada laporan konfirmasi positif,” imbuh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama.
Menkes menjelaskan, pemerintah meningkatkan kewaspadaan sehubungan dengan adanya dua kasus baru tersebut dan laporan penularan flu baru di negara-negara yang berdekatan dengan Indonesia termasuk Australia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand dan Vietnam. ”Surat edaran terkait dengan kasus baru akan dikirim ke daerah. Aktivitas di semua fasilitas kesehatan termasuk rumah sakit, kantor kesehatan pelabuhan, dan laboratorium ditingkatkan.”
Pemerintah, kata dia, juga meningkatkan kesiapan logistik, sumber daya manusia dan edukasi kepada masyarakat. Pemerintah mengaku persediaan tamiflu dinyatakan cukup untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia.


Kasus flu H1N1:
1. WA, 37, pilot asal Jakarta, dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso
2. BM, 22, warga negara Inggris yang sedang berlibur di Bali, dirawat di RS Sanglah, Denpasar
3. Empat WNI, tiga orang bermukim di Singapura, satu di Australia tapi tengah berlibur di Singapura.
4. Seorang pegawai pemerintah yang tengah mengikuti pelatihan di Beijing (belum ada laporan konfirmasi postif).
5. Seorang WNI di Makau (belum ada laporan konfirmasi positif).

Sumber: Depkes


Flu babi (pig flu/swine influenza) :
Merupakan virus yang spesifik menyerang babi dan sejenisnya. Biasanya tidak menginfeksi manusia kecuali dalam kasus-kasus terakhir. Centers for Disease Control and Prevention/CDC yakin saat ini virus tersebut merupakan gabungan dari virus yang menyerang burung, babi dan manusia.

Penularan :
CDC menyebutkan virus flu babi A (H1N1) menular dan menyebar antarmanusia. Namun saat ini belum diketahui semudah apa virus ini menyebar antarmanusia.

Gejala flu babi pada manusia :
Hampir sama dengan flu biasa termasuk demam, batuk, sakit tenggorokan, badan, sakit kepala, dingin dan letih. Beberapa orang dilaporkan diare dan muntah-muntah bercampur dengan flu babi. Sebelumnya, penyakit berat (seperti pneumonia serta gangguan pernafasan) dan kematian dilaporkan bersama dengan infeksi flu babi pada manusia.

Penyebaran :
Penyebaran virus A (H1N1) diduga terjadi bersamaan dengan penyebaran flu musiman. Virus flu tersebar dari orang per orang melalui batuk atau bersin. Kadang-kadang bisa terinfeksi dengan menyentuh sesuatu yang bervirus flu lalu menyentuh mulut atau hidungnya. Orang yang terinfeksi bisa menginfeksi lainnya dalam sehari sebelum gejala berkembang sampai tujuh hari atau lebih setelah menjadi sakit. Artinya seseorang dapat menulari orang lain sebelum dirinya menjadi sakit.

Pencegahan :
Biasakan mencuci tangan secara teratur, menggunakan sabun. Pakailah masker ketika bepergian di daerah ramai untuk menghindari penyebaran kuman.


http://www.solopos.co.id/zindex_menu.asp?kodehalaman=h01&id=276995

Rabu, 24 Juni 2009

Awas, flu babi mulai jangkiti Indonesia

PEMERINTAHmenyatakan, virus flu babi atau influenza A (H1N1) telah masuk ke Indonesia. Dua pasien saat ini telah dinyatakan terinfeksi virus yang merebak di beberapa negara itu.

”Departemen Kesehatan (Depkes) terpaksa merawat dua orang yang terinfeksi H1N1,” kata Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari di kantornya, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Rabu (24/6). Menkes mengatakan, salah satu pasien saat ini dirawat di RSPI Sulianti Saroso. Pasien itu seorang pilot yang baru pulang dari Australia 14 Juni dan Hong Kong 18 Juni. ”Dia adalah WA, seorang pilot berusia 37 tahun,” kata Menkes. Sementara itu pasien lainnya dirawat di RS Sanglah, Denpasar, Bali. ”BA, 22 tahun warga Inggris yang menetap di Australia. Berkunjung ke Bali 19 Juni,” kata Menkes.


WA pada 14 Juni berkunjung ke Australia dan pada 18 Januari ke Hong Kong. Tanggal 19 Juni dia mengalami demam lalu memeriksakan diri ke RSPI Sulianti Saroso dan hingga kini masih dirawat di sana.
Sementara BM pada 19 Juni berkunjung ke Bali dan tanggal 20 Juni berobat ke Rumah Sakit Sanglah (Denpasar) dengan membawa kartu waspada kesehatan (health allert card). ”Kedua pasien dalam keadaan baik namun masih diisolasi di rumah sakit.”
Ia menambahkan, kedua pasien tersebut baru diizinkan keluar dari ruang isolasi rumah sakit setelah dinyatakan negatif atau sembuh dari infeksi virus influenza A (H1N1). Hal itu, menurut dia, dilakukan untuk mencegah virus influenza A (H1N1) menyebar cepat dalam masyarakat seperti yang terjadi di beberapa negara tetangga.
”Karena di Australia, semula penularan terjadi karena kasus impor tapi kemudian menular ke warga Australia dan selanjutnya menular antarwarga di negara itu secara cepat. Saat ini di sana kasusnya cukup banyak,” katanya.
Menkes menambahkan, saat ini empat warga negara Indonesia yang berada di luar negeri juga dilaporkan positif terinfeksi flu A H1N1 dan dirawat di sana. Tiga di antaranya merupakan WNI yang tinggal di Singapura dan satu lainnya WNI yang bermukim di Australia namun sedang berlibur di Singapura.
”Ada juga laporan infeksi pada seorang pegawai kita yang sedang mengikuti pelatihan di Beijing dan satu WNI lagi di Makau, namun belum ada laporan konfirmasi positif,” imbuh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama.
Menkes menjelaskan, pemerintah meningkatkan kewaspadaan sehubungan dengan adanya dua kasus baru tersebut dan laporan penularan flu baru di negara-negara yang berdekatan dengan Indonesia termasuk Australia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand dan Vietnam. ”Surat edaran terkait dengan kasus baru akan dikirim ke daerah. Aktivitas di semua fasilitas kesehatan termasuk rumah sakit, kantor kesehatan pelabuhan, dan laboratorium ditingkatkan.”
Pemerintah, kata dia, juga meningkatkan kesiapan logistik, sumber daya manusia dan edukasi kepada masyarakat. Pemerintah mengaku persediaan tamiflu dinyatakan cukup untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia.


Kasus flu H1N1:
1. WA, 37, pilot asal Jakarta, dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso
2. BM, 22, warga negara Inggris yang sedang berlibur di Bali, dirawat di RS Sanglah, Denpasar
3. Empat WNI, tiga orang bermukim di Singapura, satu di Australia tapi tengah berlibur di Singapura.
4. Seorang pegawai pemerintah yang tengah mengikuti pelatihan di Beijing (belum ada laporan konfirmasi postif).
5. Seorang WNI di Makau (belum ada laporan konfirmasi positif).

Sumber: Depkes


Flu babi (pig flu/swine influenza) :
Merupakan virus yang spesifik menyerang babi dan sejenisnya. Biasanya tidak menginfeksi manusia kecuali dalam kasus-kasus terakhir. Centers for Disease Control and Prevention/CDC yakin saat ini virus tersebut merupakan gabungan dari virus yang menyerang burung, babi dan manusia.

Penularan :
CDC menyebutkan virus flu babi A (H1N1) menular dan menyebar antarmanusia. Namun saat ini belum diketahui semudah apa virus ini menyebar antarmanusia.

Gejala flu babi pada manusia :
Hampir sama dengan flu biasa termasuk demam, batuk, sakit tenggorokan, badan, sakit kepala, dingin dan letih. Beberapa orang dilaporkan diare dan muntah-muntah bercampur dengan flu babi. Sebelumnya, penyakit berat (seperti pneumonia serta gangguan pernafasan) dan kematian dilaporkan bersama dengan infeksi flu babi pada manusia.

Penyebaran :
Penyebaran virus A (H1N1) diduga terjadi bersamaan dengan penyebaran flu musiman. Virus flu tersebar dari orang per orang melalui batuk atau bersin. Kadang-kadang bisa terinfeksi dengan menyentuh sesuatu yang bervirus flu lalu menyentuh mulut atau hidungnya. Orang yang terinfeksi bisa menginfeksi lainnya dalam sehari sebelum gejala berkembang sampai tujuh hari atau lebih setelah menjadi sakit. Artinya seseorang dapat menulari orang lain sebelum dirinya menjadi sakit.

Pencegahan :
Biasakan mencuci tangan secara teratur, menggunakan sabun. Pakailah masker ketika bepergian di daerah ramai untuk menghindari penyebaran kuman.


http://www.solopos.co.id/zindex_menu.asp?kodehalaman=h01&id=276995

Kebakaran hutan sebagai hasil dari kegagalan pemerintah


Kebakaran hutan sebagai hasil dari kegagalan pemerintah di Indonesia

Indoneisa terbakar lagi. Asap dari api yang dinyalakan untuk membuka lahan di Kalimantan Selatan (Borneo) dan Sumatera menyebabkan tingkat polusi di Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok meningkat, menyebabkan munculnya masalah kesehatan yang berkaitan dengan asap, kecelakaan lalu lintas, dan biaya ekonomi yang menyertainya. Negara-negara tetangga pun kembali menuntut adanya tindakan namun pada akhirnya tetap saja kebakaran akan berlangsung hingga datangnya musim hujan.



Kebakaran ini - dan asap yang mencekik - telah menjadi peristiwa tahunan di Indonesia. Beberapa tahun lebih buruk dari tahun-tahun yang lain - terutama saat kondisi el Nino yang kering mengubah hutan kawasan ini menjadi sangat mudah terbakar - tapi keseluruhan trend ini tidaklah baik. Kenapa bencana kebakaran ini terus saja terjadi?

Kesalahan seharusnya ditimpakan pertama kali pada pemerintah Indonesia atas kegagalan sistematis untuk menggalakkan hukum yang didesain untuk mengurangi tingkat penggundulan hutan yang mengejutkan di negara ini. Sejak 1990, angka-angka resmi telah menunjukkan bahwa Indonesia telah kehilangan seperempat dari keseluruhan luas hutannya. Berkurangnya hutan-hutan primer itu menjadi lebih buruk: hampir 31 persen dari hutan tua kepulauan ini telah jatuh ke tangan penambang dan pengembang lahan pada periode yang sama. Bahkan, tingkat penggundulan hutan ini tidak melambat. Berkurangnya hutan dalam satu tahun telah meningkat hingga 19 persen sejak akhir 1990an, sementara setiap tahunnya berkurangnya hutan primer telah meluas hingga 26 persen. Statistik ini seharusnya menjadi sesuatu yang memalukan bagi Indonesia dan bukti ketidakmampuan pemerintah mengatasi berkurangnya hutan dan ketidakmampuan dalam menanggulangi kroni dan korupsi.

Berkurangnya hutan di Indonesia

NASA.


Penyebab langsung berkurangnya hutan di Indonesia tidaklah kompleks. Kebanyakan penggundulan hutan adalah akibat dari penebangan hutan dan pengubahan hutan menjadi pertanian. Saat ini Indonesia menjadi eksportir kayu tropis terbesar di dunia - suatu komoditas yang menghasilkan hingga 5 milyar USD tiap tahunnya - dan produsen minyak kelapa terbesar kedua, salah satu dari minyak sayur paling produktif di dunia, digunakan di apa pun mulai dari biskuit hingga biofuel.


Penebangan kayu secara legal berdampak pada 700.000-850.000 hektar hutan setiap tahunnya di Indonesia, namun penebangan hutan ilegal yang telah menyebar meningkatkan secara drastis keseluruhan daerah yang ditebang hingga 1,2-1,4 juta hektar, dan mungkin lebih tinggi - di tahun 2004, Menteri Lingkungan Hidup Nabiel Makarim mengatakan bahwa 75 persen dari penebangan hutan di Indonesia ilegal. Meskipun ada larangan resmi untuk mengekspor kayu dari Indonesia, kayu tersebut biasanya diselundupkan ke Malaysia, Singapura, dan negara-negara Asia lain. Dari beberapa perkiraan, Indonesia kehilangan pemasukan sekitar 1 milyar dollar pertahun dari pajak akibat perdagangan gelap ini. Penambangan ilegal ini juga merugikan bisnis kayu yang resmi dengan mengurangi suplai kayu yang bisa diproses, serta menurunkan harga internasional untuk kayu dan produk kayu.

Penebangan hutan di Indonesia telah membuka beberapa daerah yang paling terpencil, dan terlarang, di dunia pada pembangunan. Setelah berhasil menebangi banyak hutan di daerah yang tidak terlalu terpencil, perusahaan-perusahaan kayu ini lantas memperluas praktek mereka ke pulau Kalimantan dan Irian Jaya, dimana beberapa tahun terakhir ini banyak petak-petak hutan telah dihabisi. Sebagai contoh, lebih dari 20 persen ijin penebangan di Indonesia berada di Papua, naik dari 7 persen di tahun 1990an.

Selain penebangan, pengubahan hutan untuk pertanian ukuran besar, terutama perkebunan kelapa sawit, telah menjadi kontributor penting bagi berkurangnya hutan di Indonesia. Kawasan kelapa sawit meluas dari 600.000 hektar di tahun 1985 menjadi lebih dari 5,3 juta hektar di tahun 2004. Pemerintah berharap kondisi ini akan berlipat ganda dalam waktu satu dekade dan, melalui program transmigrasi, telah mendorong para petani untuk mengubah lahan hutan liar menjadi perkebunan. Karena cara termurah dan tercepat untuk membuka lahan perkebunan adalah dengan membakar, upaya ini justru memperburuk kondisi: setiap tahun ratusan dari ribuan hektar are berubah menjadi asap saat pengembang dan agrikulturalis membakar kawasan pedalaman sebelum musim hujan datang di bulan Oktober atau November.

Kegagalan pemerintah

Walau Indonesia memiliki hukum untuk melindungi hutan dan membatasi pembakaran pertanian, mereka diterapkan dengan sangat buruk. Manajemen hutan di Indonesia telah lama dijangkiti oleh korupsi. Petugas pemerintahan yang dibayar rendah dikombinasikan dengan lazimnya usahawan tanpa reputasi baik dan politisi licik, ini berarti larangan penebangan hutan liar yang tak dijalankan, penjualan spesies terancam yang terlupakan, peraturan lingkungan hidup yang tak dipedulikan, taman nasional yang dijadikan lahan penebangan pohon, serta denda dan hukuman penjara yang tak pernah ditimpakan. Korupsi, dikombinasikan dengan kroniism yang muncul pada masa mantan Presiden Jendral Soeharto (Suharto), telah beberapa kali merusak upaya mengendalikan kebakaran hutan: 1997, negara ini tak dapat menggunakan dana spesial reboisasi non-bujeter mereka untuk melawan kebakaran karena dana tersebut telah dialokasikan untuk proyek mobil yang gagal milik anak diktator tersebut. Saat ini pemerintah masih menolak untuk menghukum mereka yang melanggar hukum yang melarang menggunakan api untuk membuka lahan.

Ini waktunya bagi pemerintah Indonesia untuk mulai serius menangani penggundulan hutan dan kebakaran yang kerap terulang. Komitmen politis adalah kuncinya - tanpanya, sumbangan-sumbangan uang dalam jumlah besar akan terus dihamburkan tanpa menghentikan penebangan hutan ilegal dan berkurangnya hutan.


Pemerintah sebaiknya meratifikasi Perjanjian ASEAN mengenai Polusi Asap Antar Negara, konvensi yang ditandatangani pada tahun 2002 menindaklanjuti kebakaran hutan tahun 1997-1998. PErjanjuan ini membutuhkan kerjasama multinasional untuk melawan kebakaran di kawasan tersebut. Meratifikasi perjanjian itu akan menjadi sinyal awal komitmen politis terhadap permasalahan yang ada, namun pemerintah kemudian harus melanjutkannya dengan implementasi dan inisiatif 'good governance', seperti menerapkan larangan pembakaran lahan dengan ketat. Tanpa penerapan ini, hukum tak akan ada gunanya. Indonesia tak akan lagi dapat mengabaikan aktifitas kriminal dengan kepentingan kuat. Sebagai contoh, Indonesia perlu untuk menindaklanjuti permintaan Malaysia untuk menuntut perusahaan-perusahaan Malaysia yang terlibat dalam pembakaran hutan di Kalimantan Selatan dan Sumatera. Perusahaan yang terbukti bertanggungjawab atas pembakaran ilegal, tak peduli dimana mereka berada, akan kehilangan ijin usahanya dan petugas-petugasnya di penjara.

Saat kebakaran berkurang musim dingin ini, Indonesia seharusnya menyelidiki kemungkinan yang ditawarkan oleh pasar karbon yang muncul ini yang dapat memberikan pemasukan bagi negara dengan melindungi hutan dari pengembangan. Inovasi strategis lain - dari sertifikasi agrikultural dan kayu yang komprehensif hingga sponsor oleh pihak swasta untuk konservasi hutan - seharusnya juga tidak dilupakan.

Kegagalan internasional

Meski mudah untuk menyalahkan pemerintah Indonesia atas tak adanya tindakan, masyarakat internasional juga telah gagal. Daripada mengkritik Indonesia atas kekurangannya, pemerintah asing seharusnya menjanjikan keahliannya dan memberikan bantuan dalam jumlah besar. Kebakaran hutan Indonesia mempunyai dampak global dengan menghilangkan keanekaragaman hayati dan menyumbangkan gasgas rumah kaca ke atmosfer (kebakaran tahun 1997 melepaskan sekitar 2,67 milyar ton karbon dioksida). Dalam area tertentu, kebakaran ini meracuni udara dan dikaitkan dengan berkurangnya hujan. Dalam kasus dimana masalah Indonesia adalah masalah dunia, masyarakat global seharusnya meningkatkan kesempatan untuk menujukan bencana kebakaran ini dengan sikap yang pintar dan terkoordinasi dengan baik.

source.